Ruang kelas 6 itu setiap hari tampak semrawut dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah properti dan kostum yang telah dibuat siswa untuk keperluan pentas bertumpuk di atas sebuah meja. Bangku meja ditempatkan tumpang tindih di semua sisi ruangan.
Suasana ruang kelas itu terlihat seperti bengkel kerja. "Seperti kapal pecah", merupakan perumpamaan yang relevan untuk kondisi ruangan tersebut.
Beberapa jenis barang bekas melengkapi ruangan berukuran 8x7 M itu. Ada potongan kardus, dan bilah bambu. Selembar backdrop ukuran besar berwarna legam menyelimuti permukaan dinding belakang membuat cahaya ruangan terasa meredup.
Di akhir tahun pelajaran ini, sekolah saya merencanakan kegiatan pentas teater dengan pemain yang melibatkan sejumlah siswa dan guru.
Sudah beberapa hari terakhir ini guru pembina secara serius mempersiapkan siswa yang akan tampil dalam pentas tersebut. Di samping teater juga direncanakan menampilkan pantomim dan tari.
“Kapten Malin” judul teater yang akan dipentaskan siswa. Saya belum membaca skenario dan alur cerita teater tersebut tetapi saya menangkap kesan, judulnya saja telah menjadi indikator bahwa situasi cerita hendak menggambarkan kehidupan lautan.
Indikator lainnya berupa properti sebuah model perahu dan kemudi. Perahu properti itu dirancang sedemikian rupa menggunakan bangku dan material seadanya.
Artikel ini tidak bertujuan membuat narasi tentang substansi pentas itu sendiri. Konsentrasi pembahasan diletakkan pada seputar keterlibatan siswa dalam persiapan (perencanaan) dan pelaksanaan kegiatan.
Keterlibatan siswa tidak saja dalam latihan. Mereka juga ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan perangkat pendukung. Pelibatan anak-anak dalam persiapan kegiatan tersebut merupakan upaya pemberdayaan sekaligus sebagai pembelajaran siswa bagaimana mengelola sebuah kegiatan.
Pelibatan tersebut tampak sebagai suatu langkah yang terkesan sederhana tetapi diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup signifikan dalam rangka pembentukan keterampilan lunak siswa.