Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Benang Kusut Kegiatan Wisuda Siswa Masih Dapat Diurai, Caranya?

19 Juni 2023   06:49 Diperbarui: 23 Juni 2023   16:30 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda anak TK (Sumber gambar Freepik)

Minggu lalu, sekolah saya mengundang wali murid untuk menghadiri rapat akhir tahun. Rapat tersebut juga dihadiri komite sekolah. Biasanya, kehadiran peserta rapat didominasi oleh para ibu. Saat pagi hari biasanya bapak-bapak bekerja sehingga kehadiran mereka didelegasikan kepada para ibu.

Sama dengan sekolah dasar pada umumnya, fasilitas ruang rapat untuk menampung banyak orang tidak selalu tersedia. Hal ini dapat dipahami mengingat rapat dengan menghadirkan banyak orang tidak bersifat rutin. Oleh karena itu, rapat menggunakan fasilitas ruang kelas yang ada. Hanya saja resikonya, kegiatan belajar siswa yang ada di ruang kelas itu akan terganggu.

Daya tampung ruangan tidak sepadan dengan kehadiran peserta rapat yang hadir sehingga membuat mereka duduk berdesak-desakan. Bangku panjang tanpa sandaran yang idealnya untuk dua orang siswa, harus menanggung beban tiga orang dewasa peserta rapat. Namun kondisi itu tidak mengurangi makna rapat yang diikuti.

Rapat wali murid tersebut merupakan kegiatan rutin di akhir tahun. Tujuannya untuk menyampaikan program sekolah yang telah dilaksanakan selama satu tahun pelajaran ini (2022/2023). Pada saat yang sama, dalam rapat tersebut juga sekolah menyampaikan gambaran garis besar program tahun pelajaran yang akan datang.

Rapat dengan wali murid merupakan momentum penting. Rapat tersebut bukan saja bertujuan untuk menyampaikan pencapaian sekolah dalam periode tertentu. 

Kesempatan ini juga menjadi ruang diskusi untuk mendapatkan umpan balik tentang kegiatan yang telah dilakukan sekolah dan menggali informasi tentang harapan orangtua terhadap pelaksanaan pengembangan pendidikan di satuan pendidikan. 

Umpan balik tersebut diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan program sekolah selanjutnya.

Ilustrasi peserta rapat yang duduk berdesakan (dokumen pribadi)
Ilustrasi peserta rapat yang duduk berdesakan (dokumen pribadi)

Kehadiran wali murid dalam rapat sudah merupakan salah satu bentuk keterlibatan orangtua (dan masyarakat) dalam penyelenggaraan pendidikan pada level satuan pendidikan. Dalam rapat wali murid diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan pikiran yang mendukung program sekolah. 

Di samping itu, kegiatan ini menjadi salah satu cara memberikan motivasi dan semangat belajar kepada siswa. Kehadiran orangtua di sekolah sedikit banyak akan memberikan kesan kepada siswa bahwa orangtua mereka memiliki perhatian terhadap anak-anaknya.

Salah satu pembahasan rapat tersebut adalah kegiatan akhir tahun. Kegiatan ini menjadi kegiatan seremonial tahunan bagi hampir setiap sekolah dari jenjang TK/PAUD, SD, SMP, sampai SMA. Kegiatan yang dimaksud adalah acara perpisahan kelas 6 dan kenaikan kelas 1 s/d kelas 5.

Beberapa hari terakhir, polemik kegiatan akhir tahun tersebut menjadi salah satu isu yang mencuri perhatian netizen. Isu kegiatan yang dikemas dengan label wisuda atau pelepasan ini bermula dari komentar seorang netizen pada Instagram Nadiem Makarim yang menuntut agar kegiatan pelepasan atau wisuda dihapus karena dinilai memberatkan orangtua siswa dari sisi pembiayaan. Situs berita VIVA.co.id merupakan salah satu media yang menurunkan isu ini.

Nadiem menanggapi komentar tersebut dengan menegaskan bahwa kegiatan itu merupakan kegiatan opsional. Suatu kegiatan yang bersifat tidak wajib. Sekolah boleh melaksanakan, boleh juga meniadakannya.

Jika berbicara tentang signifikansi kegiatan tersebut di atas, kita dapat melihatnya dalam perspektif positif dan negatif. Kegiatan akhir tahun tersebut memang bukan sebuah tuntutan tetapi seakan telah menjadi tradisi yang mungkin agak sulit ditiadakan. 

Jika dilihat dari sisi positif, kegiatan pelepasan atau wisuda (apapun istilahnya) pada akhir tahun pelajaran menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Kegiatan seremonial itu menjadi semacam kegiatan pelepas lelah bagi anak-anak setelah mengikuti rutinitas proses pembelajaran yang bisa jadi membosankan selama tahun pelajaran tertentu.

Ilustrasi wisuda anak TK (Sumber gambar Freepik)
Ilustrasi wisuda anak TK (Sumber gambar Freepik)

Kegiatan itu sebenarnya bukan semata-mata ajang untuk pelepasan, wisuda, atau kenaikan kelas belaka. Namun ada kegiatan pengiring yang membuat siswa menjadi bersemangat. 

Dalam kegiatan tersebut biasanya ada pentas berupa pembacaan puisi, tari, drama, atau pemberian reward terhadap siswa berprestasi, dan selingan lainnya. 

Kesempatan ini dimanfaatkan siswa untuk mengekspresikan diri melalui aksi panggung yang mereka tunjukkan. Inilah yang perlu diluruskan tentang kegiatan akhir tahun yang menunjukkan kesan kurang bermanfaat.

Sayangnya, di beberapa sekolah kegiatan tersebut kerap kali diselenggarakan dengan kesan yang mewah dan berlebihan. Hal ini membuat pembiayaan mengalami pembengkakan. 

Pada akhirnya, pelaksanaan kegiatan dibebankan kepada wali murid atau orangtua siswa. Bagi wali murid yang berkemampuan mungkin tidak terlalu menjadi persoalan. Namun tidak semua siswa datang ke sekolah dari keluarga yang mampu.

Dari sinilah kemudian berkembang menjadi benang kusut yang menimbulkan isu kontroversial di tengah masyarakat. Hal ini dipandang sebagai beban tambahan biaya pendidikan anak yang cukup memberatkan bagi orangtua. Apalagi ketika pembiayaan itu dibebankan kepada wali murid dari keluarga yang kurang mampu.

Di sekolah saya sendiri kegiatan pelepasan kelas 6 dirangkaikan dengan kenaikan kelas 1 s/d 5. Namun demikian, sejauh ini belum pernah muncul pro dan kontra. 

Benang kusut itu masih dapat diurai dengan menempuh beberapa hal pokok.

Hal utama yang dilakukan sekolah adalah pengerahan sumber daya yang dalam hal ini meliputi sumber daya manusia dan material. 

Di awal telah dijelaskan bahwa salah satu materi rapat wali murid yang diadakan di sekolah saya adalah untuk merencanakan kegiatan perpisahan dan kenaikan kelas. Pelaksanaan rapat itu sendiri merupakan upaya melibatkan orangtua sekaligus upaya pengerahan sumber daya manusia oleh sekolah.

Keterlibatan orangtua penting menjadi pertimbangan utama. Sejak tahap perencanaan orangtua dan sekolah (warga internal sekolah) terlibat dalam pengambilan keputusan melalui kegiatan rapat. 

Beberapa orangtua juga mengambil bagian dalam susunan kepanitiaan. Keterlibatan itu memberikan kesempatan kepada orangtua untuk menyumbangkan masukan dan ide yang mendukung pelaksanaan kegiatan.

Adanya keterlibatan orangtua diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab. Satu hal yang tidak kalah penting, keterlibatan itu akan akan memungkinkan pengelolaan kegiatan yang mencerminkan transparansi antara sekolah dengan orangtua siswa. Ini akan membangkitkan motivasi dan ketulusan orangtua dalam membiayai kegiatan tanpa merasa terbebani.

Demikian juga dengan dokumentasi kegiatan. Siswa menjadi sumber daya manusia yang dapat dilibatkan. Beberapa siswa diberikan tugas mendokumentasikan kegiatan tanpa harus membayar jasa fotografer. Keakraban anak-anak sekarang dengan kamera smartphone memungkinkan mereka membuat dokumentasi dengan gadget yang ada.

Sumber daya lain yang diberdayakan sekolah sumber daya material. Salah satunya fasilitas tempat kegiatan. Karena ruangan untuk melaksanakan kegiatan tidak memungkinkan, sekolah memilih halaman sebagai pusat kegiatan. 

Halaman sekolah yang luas dan lapang menjadi tempat yang tepat. Kegiatan tersebut hanya memerlukan perangkat peneduh terop dan panggung serta properti seperlunya. Ini memerlukan biaya yang tergolong murah.

Dalam hal properti panggung dan keperluan aksi panggung, guru berusaha melibatkan siswa untuk mendesign sendiri dengan cara mendaur ulang barang-barang bekas. Cara ini sekaligus dapat melatih kreativitas siswa dan meminimalisir biaya.

Sisi lain yang identik dengan pelepasan dan kenaikan kelas adalah panggung hiburan dan atraksi. Ini menjadi bagian kegiatan yang paling dinantikan siswa saat kegiatan. 

Kesempatan ini menjadi penting bagi mereka untuk berekspresi di atas panggung melalui pentas tari, nyanyi, drama, atau seni pantomim. Jauh hari mereka telah mempersiapkan diri untuk melakukan aksi panggungnya.

O, ya, bagaimanapun sajian makanan dan minuman menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan. Untuk menghemat biaya, siswa dapat membawa makanan atau minuman dari rumah.

Saat acara santap bersama, mereka dapat makan bersama dan berbagi makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Cara seperti ini akan mempererat hubungan antar sesama siswa.

Kecuali tamu undangan yang memerlukan jamuan khusus. Tetapi ini tidak banyak. Undangan sengaja dibatasi sekolah dalam rangka meminimalisir anggaran kegiatan.

Lombok Timur, 19 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun