Saat saya masih kecil, sebagian orang membuat rokok lintingan yang dibuat dengan kulit jagung. Beberapa orang menggunakan daun lontar. Tembakau yang digunakan berupa hasil rajangan. Mereka yang memiliki penghasilan lebih biasanya mengkonsumsi rokok pabrikan.
Belakangan produk rokok berkembang menjadi rokok elektrik, sebuah produk rokok yang dikemas dengan bahan baku bukan tembakau. Saya tidak merasa harus menjelaskan bahan baku rokok elektrik dalam artikel ini. Informasinya bertebaran di internet dan dapat diakses oleh sesiapa saja.
Sebagian orang mengklaim bahwa rokok elektrik lebih sehat tinimbang rokok konvensional. Sebagian lagi tetap berasumsi bahwa kedua jenis rokok itu tetap berdampak pada kesehatan.
Tanpa menyertakan sumber informasi, para praktisi kesehatan telah sepakat bahwa rokok dalam jangka panjang dapat berdampak pada kesehatan.
Dampak itu tidak saja dipicu oleh rokok konvensional tetapi juga rokok elektrik atau vape sebagaimana kini menjadi salah satu trend.
Sejauh ini rokok menjadi sebuah paradoks. Di satu sisi, rokok dituding sebagai salah satu pemicu berbagai macam penyakit. Pada saat yang sama, rokok dengan tembakau sebagai bahan baku utamanya, menjadi salah satu komoditi andalan di banyak tempat.
Di tempat saya, misalnya, tembakau menjadi sandaran paling menggiurkan bagi para petani. Selengkapnya baca artikel berjudul Petani Tembakau jika Berhasil Naik Haji, Gagal ke Malaysia dan Kerusakan Lingkungan. Belum lagi serapan tenaga kerja oleh perusahaan rokok. Tembakau, yang tergolong dalam tanaman perkebunan, telah memberikan sumbangsih ekonomi yang cukup besar bagi sebagian besar masyarakat.
Lombok Timur, 09 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H