Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Mengangkat Derajat Manusia (Sebuah Catatan Safari Ramadhan)

5 April 2023   09:50 Diperbarui: 5 April 2023   09:51 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ke-14 puasa Ramadhan, masjid di kampung saya kedatangan tim safari Ramadhan dari sebuah yayasan dimana saya juga tergabung sebagai pengurus di dalamnya. Tim sapari tersebut terdiri dari pengurus harian (ketua dan jajarannya). Ketua atau pimpinannya saat ini dijabat oleh Tuan Guru H. Sukarnawadi, seorang alumni sebuah perguruan tinggi tertua di Mesir, Universitas al-Azhar. 

Kegiatan safari Ramadhan yang diisi dengan pengajian mulai setelah shalat tarawih. Tuan Guru bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan sapari tersebut.

Di awal ceramahnya Tuan guru menyampaikan tentang konsep puasa. Menurutnya, kata puasa dalam al-Qur'an mengacu kepada dua term, shaum dan shiyam. Shaum disebutkan dalam al-Qur'an pada bagian yang menceritakan tentang kisah Siti Maryam yang tengah mengandung Nabi Agung Isa AS. Perempuan suci yang dalam kepercayaan Kristiani dikenal dengan Bunda Maria itu mengalami cobaan hebat karena mengandung tanpa sebuah pernikahan. 

SS al-Qur'an Digital (Dokpri)
SS al-Qur'an Digital (Dokpri)

Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar untuk Tuhan Yang Maha Pengasih untuk berpuasa, maka aku tidak akan berbicara dengan siapapun pada hari ini." (Maryam : 26)

Ayat tersebut, menurut Tuan Guru, bertujuan untuk merespon keraguan banyak orang tentang kesucian Siti Maryam kala itu. Tidak dapat dibayangkan betapa berat cobaan yang harus ditanggung Maryam. Namun untuk memberikan semangat kepada Siti Maryam, Allah SWT menganjurkan kepadanya untuk makan minum dan menenangkan pikirannya dengan berpuasa (tidak berbicara atau diam) saat bertemu dengan orang-orang.

Kata kedua yang berhubungan dengan puasa adalah shiyam. Dilansir dari REPUBLIKA, term puasa ini (shiyam) disebut dalam al-Qur'an sebanyak tujuh kali. Dalam surah al-Baqarah ayat 183 Allah SWt menyebut puasa dengan istilah shiyam. Ayat ini merupakan ayat paling populer yang memerintahkan umat Islam untuk melakukan puasa.

Puasa (shaum) yang diperintahkan kepada Maryam dan perintah puasa (shiyam) kepada umat Islam dalam dua ayat di atas memiliki pengertian yang berbeda. Puasa yang diperintahkan kepada Maryam adalah puasa dengan tidak berbicara atau tidak memberikan respon kepada orang-orang yang meragukan kesuciannya. Dalam ayat tersebut Maryam bahkan dianjurkan untuk makan dan minum. Perintah makan dan minum itu bisa jadi agar Siti Maryam tetap dalam keadaan sehat mengingat sedang mengandung anaknya, Nabi Isa AS. Sebagai manusia Maryam membutuhkan asupan gizi yang cukup agar kandungannya tetap dalam keadaan sehat.

SS al-Qur'an Digital (Dokpri)
SS al-Qur'an Digital (Dokpri)

Sedangkan term shiyam atau puasa dalam al-Baqarah 183  merupakan perintah yang berbeda dengan perintah kepada Siti Maryam. Para ulama menyebutkan bahwa puasa atau shiyam yang dimaksud adalah mencakup puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa Kafarat, puasa nazar, maupun puasa sunah. Pada hakikatnya, puasa yang diperintahkan dalam al-Baqarah 183 bertujuan untuk menaikkan derajat atau meningkatkan kemuliaan seorang muslim. Derajat tertinggi itu adalah ketaqwaan.

Sifat dasar manusia

Untuk memahami peran puasa ini Tuan Guru mulai dengan menjabarkan tentang sifat 4 makhluk ciptaan Allah SWT, yaitu, malaikat, iblis, binatang dan manusia. 4 makhluk ini memiliki sifat yang berbeda-beda.

Malaikat adalah makhluk yang memiliki sifat taat. Kebahagiaan malaikat adalah bersujud kepada Allah SWT. Mereka adalah kelompok makhluk yang tidak pernah sekalipun melanggar perintah Allah SWT dan sangat membenci orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap larangan. Tidak berlebihanlah jika dalam kehidupan sehari-hari kita kerap menyematkan hati malaikat kepada orang yang suka berbuat baik, seperti, membantu orang lain, menolong sesama, atau orang yang berkorban untuk orang banyak.

Selain malaikat ada iblis yang memiliki sifat berlawanan dengan malaikat. Iblis merupakan kelompok makhluk yang selalu membangkang perintah Allah SWT. Iblis bahkan selalu mengajak manusia kepada kemungkaran, berbuat maksiat, dan menggoda manusia dari segala sisi agar melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Iblis senantiasa membujuk orang agar tidak menjalankan perintah agamanya, selalu berupaya agar orang meninggalkan shalat, tidak berpuasa, tidak menunaikan zakat, dan tidak menunaikan ibadah haji. 

Iblis juga terus menerus membujuk manusia agar berlaku pelit, berjudi, mabuk-mabukan, mencari keuntungan dengan cara-cara yang tidak halal, atau menginjak orang lain untuk mendapatkan kepuasan.

Makhluk lainnya yaitu binatang, yang hidup dengan dua karakter. Pertama, membahayakan makhluk lain. Binatang menjadikan makhluk lain sebagai objek teror. Sifat ini mengandaikan bahwa di antara kehidupan binatang ada persitiwa saling memakan. Binatang yang satu memakan binatang lainnya. Contohnya, harimau, singa, ular, dan binatang buas lainnya. Kedua, sepanjang hidupnya hewan hanya memiliki orientasi hidup memenuhi kebutuhan metabolik. Mereka hanya hidup untuk makan, tidur, dan beranak pinak.

Manusia sendiri berbeda dengan tiga makhluk di atas. Manusia memiliki sifat yang terdiri dari gabungan sifat malaikat, iblis, dan binatang. Manusia memiliki sifat-sifat malaikat dengan adanya kecenderungan kepada kebaikan. Sejahat-jahatnya manusia selalu terlintas dalam hatinya untuk berbuat baik. Pada saat yang sama, manusia yang sehari-hari terlihat baik juga pernah berkata tidak baik, menyinggung perasaan orang lain, dan sebagainya.

Manusia juga diandaikan memiliki sifat dasar iblis, cenderung pada kemaksiatan. Dalam konteks pergaulan, cara hidup kita kerap tergoda oleh pergaulan sehari-hari. Penggunaan narkoba, kenakalan remaja, dan berbagai tindakan kriminal lainnya lebih banyak dipengaruhi oleh godaan pada lingkungan pergaulan. Sebagai makhluk hidup manusia juga memiliki kecenderungan hewaniyah sebagaimana mana hewan juga membutuhkannya. 

Jika harimau suka memangsa hewan lain, secara metafora, manusia juga suka memangsa sesama manusia. Sejak generasi pertama turunan adam dan hawa telah terjadi pembunuhan atas saudara sendiri. Kasus Sambo, penganiayaan David, pembunuhan pelajar SD di Sukabumi dalam minggu ini, dan berbagai tindakan keji lainnya merupakan bukti bahwa sisi hewaniyah manusia tidak dapat dinafikan. Dalam perilaku kejahatan yang lebih ringan, banyak orang mencari kesenangan di atas penderitaan orang lain. Manusia memiliki kecenderungan untuk mengambil hak sesama dan berkuasa atas manusia lainnya.

Puasa meningkatkan derajat 

Melalui puasa manusia diharapkan dapat mengerucutkan sifat-sifat negatif di atas menuju ketaqwaan. Tujuan akhir puasa adalah membawa seseorang kepada sifat-sifat malaikat tanpa meninggalkan sifatnya sebagai manusia yang memiliki hawa nafsu. Hanya saja hawa nafsu itu sedapat mungkin dikendalikan dan diarahkan kepada hal-hal yang bersifat positif.

Taqwa tidak saja melaksanakan ritual ibadah saja. Lebih dari itu ketaqwaan ditunjukkan oleh peran seseorang dalam kehidupan sehari-hari bagi orang lain. Ketaqwaan juga berhubungan dengan bagaimana seseorang mengambil peran dalam memberikan dampak positif dalam kehidupan bersama.

Tuan guru menegaskan bahwa dalam beberapa ayat Allah SWT menggambarkan manusia sebagai makhluk paling sempurna. Salah satunya surah at-Tin Ayat 4. 

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Agar seimbang al-Qur'an juga mengingatkan manusia dengan kekurangan atau kelemahannya. Surat An-Nisa Ayat 28 menegaskan, "manusia diciptakan dalam keadaan lemah." Manusia lahir dengan banyak keterbatasan. Oleh karena itu, kelemahan itu harus ditempa dengan cara tertentu. Salah satunya dengan berpuasa. Berpuasa membuat manusia menjadi kuat--kuat menahan hawa nafsu, menahan cobaan, dan menahan godaan.

Surat Al-Ma'arij Ayat 19, menjelaskan tentang kekurangan lainnya, "manusia suka berkeluh-kesah." Ayat ini mengingatkan tentang sifat manuasia yang selalu mengeluhkan setiap keadaan. Saat hujan turun kita mengeluh karena dingin dan jalanan berlumpur, cucian yang tidak bisa kering atau tidak bisa bepergian karena hujan. Saat panas kita pun mengeluh karena gerah, terus berkeringat, air sumur yang mengering, petani tidak dapat bercocok tanam. Banyak hal yang dikeluhkan.

Untuk mengatasi kelemahan manusia di atas, Allah SWT memberikan instrumen ibadah puasa agar manusia menjadi lebih kuat. Dengan kelemahnnya manusia menjadi harus ditempa melalui ibadah puasa. Melalui puasa, seseorang lebih tahan banting terhadap berbagai tantangan, cobaan, dan godaan hidup. Puasa menjadi semacam pembangun semangat, penghilang segala keluh kesah, dan menanamkan semangat optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Inilah yang dimaksud bahwa puasa dapat meningkatkan derajat seorang Muslim. Derajat di sisi Allah SWT dan derajat di antara sesama manusia. Derajat di sisi Allah SWT tidak semata-mata dinilai atas ketekunannya menjalankan ibadah vertikal tetapi juga bagaimana ibadah itu tercermin dalam cara pandang kita menghadapi hidup dan kehidupan ini. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana membangun kehidupan bersama untuk mencapai harmoni kehidupan. 

Lombok Timur, 05 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun