Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kumur-kumur dan Berendam, Akal Bulus Puasa

2 April 2023   20:33 Diperbarui: 2 April 2023   20:40 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu pada smartphone menunjukkan pukul 13.26. Tidak terasa Ramadhan telah memasuki hari ke-11. Saya ketiduran. Saya tersentak. Tidak ada adzan berkumandang. Rupanya listrik sedang mengalami pemadaman. Sementara saya belum shalat zuhur. Saya bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Selanjutnya saya shalat munfarid, sendiri.

Ini hari Minggu. Libur. Tidak ada aktivitas yang lebih baik daripada berdiam diri di rumah. Langit siang cukup cerah. Cuaca sedikit panas. Saya merasa gerah. Ada 3-4 bocah lima tahunan bermain di halaman rumah.

Entah mengapa tenggorokan saya siang ini terasa kering. Sekering persawahan di tengah kemarau.

Pikiran saya terbang ke 4 atau 5 dekade yang lalu. Pengalaman puasa saat masih kanak-kanak. Saya kerap diserang dahaga, sebuah kondisi dimana muncul keinginan yang sangat kuat untuk minum.

Dahaga atau haus adalah respon tubuh akibat adanya kebutuhan air untuk melakukan kerja metabolik.

Haus adalah cara tubuh untuk memberi tahu bahwa telah terjadi kekurangan cairan. Keadaan ini normal dialami saat cuaca panas atau setelah berolahraga atau melakukan aktivitas berat.

Dahaga itu menyakitkan. Lebih menyakitkan daripada serangan rasa lapar. Bahkan lebih sakit dari pengkhianatan kekasih yang Anda cintai setengah hati. Lapar masih bisa kompromi. Haus tidak.

Penyebabnya makanan asin yang berlebih pada malam hari. Saya salah satu dari segelintir orang Lombok yang tidak tahan dengan rasa pedas. Itu sebabnya masakan ibu tidak terlalu pedas.

Saya ingat, sesekali ibu memasak daging yang dibumbui dengan asam dan garam untuk berbuka atau sahur. Entah apa nama jenis masakannya. Kuah daging yang dimasak dengan cara ini sangat saya sukai. Kalau makan, saya menyiram nasi saya dengan kuah itu. Bahkan saat sahur.

Sayangnya masakan asin itu berdampak pada siang hari saat puasa. Kaldu asin itu menimbulkan dahaga yang sangat dahsyat. Menjalani ibadah puasa menjadi tidak nyaman. Ingat. Makin diminum air laut itu kita makin dahaga.

Puasa dalam gempuran dahaga sangat menyakitkan. Tidak mungkin minum. Selalu ada rasa sayang pada puasa kalau dibatalkan hanya dengan seteguk air. Sekali lagi bertahan dalam dahaga itu berat. Pikiran kanak-kanak dan orang dewasa tentu berbeda.

Sebagai anak kecil saya mencoba mengurangi rasa haus itu dengan cara saya sendiri. Saat panas matahari menyengat saya membasahi kepala atau mandi di kolam milik seorang warga. Berendam lama.

Cara lainnya kumur-kumur sambil mendongak sampai air menyentuh tenggorokan.

Pengalaman-pengalaman itu merupakan kenangan yang melukis kesadaran masa kecil dalam berpuasa.

Puasa masa kecil kala itu permainan anak-anak pada jamannya; main gasing, kasti, atau sepak bola. Pada saat lain menaiki mangga, pohon jambu, atau jowet yang tumbuh liar di pematang sawah. Tidak ada gadget, tidak ada televisi. Satu dua orang hanya memiliki radio tape recorder.

Saat malam tiba. Orang-orang berduyun-duyun menuju masjid atau langgar untuk shalat tarawih. Anak-anak dengan penuh semangat tidak mau ketinggalan.

Pada awal-awal tarawih, saya dan anak-anak lainnya mengikuti dengan sepenuh hati. Saat masuk sepertiga pertahanan mulai oleng. 

Rakaat berikutnya diikuti dengan tidak sempurna. Rasa suntuk mulai menggoda. Anak- anak takbiratul ihram ketika imam selesai membaca surah al-Fatihah. Makin ke ujung makin kendor. Anak-anak mulai rebahan, atau hanya duduk tidak ikut shalat. O, ya. Untuk menghitung rakaat tarawih biasanya menggunakan potongan lidi.

Bercanda adalah dunia anak-anak. Saat tarawih pun tidak lepas dari dunia bercanda, mulai dari saling colek, saling senggol, injak kaki teman di samping, dan segala jenis candaan. Ini membuat marbot dan orang tua marah.

Tadarus juga bagian paling menyenangkan. Mengapa? Ada makanan yang diantar ibu-ibu. Bagi saya dan anak-anak ini point pentingnya.

Sahur adalah tahapan terberat, sama beratnya dengan menahan puasa saat tengah hari. 

Banyak tingkah naif saat puasa di masa kanak-kanak. Dan itu akan terus tergambar dalam kesadaran kita sepanjang masa. Pengalaman itu tentu akan berbeda pada setiap dekade.

Selamat menjalankan ibadah puasa.

Lombok Timur, 02 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun