Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan Itu Anak Kecil yang Tantrum

28 Maret 2023   03:26 Diperbarui: 28 Maret 2023   07:03 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

"Dor.... Dor... dor..."

Suara ledakan petasan saat puasa Ramadhan menjadi salah satu khas yang telah mentradisi. Entah sejak kapan petasan bermula menjadi sebuah tradisi. Meledakkan petasan sepertinya telah menjadi salah satu cara sebagian dari kita mengekspresikan euforia dalam menjalani Ramadhan.

Bunyi petasan itu menyentak kesadaran si bungsu, anak ketiga saya yang baru memasuki usia lima tahun.

"Mercooon!" teriaknya histeris.

Belum sempat dihalangi anak itu sudah melesat keluar rumah. Dia berlari ke arah datangnya sumber suara petasan. Beberapa meter dari rumah sekumpulan bocah sebayanya tengah menyalakan petasan. Ledakan petasan itu diiringi teriak kegirangan mereka sambil meloncat-loncat mentertawai suara ledakan yang mereka produksi. Dasar bocah!

Begitulah. Setiap kali mendengar petasan dia dengan sigap akan keluar berlarian mencari sumber suaranya. Dia tidak dapat dilarang. Sejak awal Ramadhan, tidak kenal siang dan malam, hujan dan panas, meledakkan petasan baginya menjadi sebuah hiburan paling penting.

Pernah sekali dia mendengar ledakan lalu berlari untuk mencari sumbernya tetapi dia tidak menemukan siapapun. Ternyata suara ledakan itu berasal dari gardu listrik di seberang jalan.

Anak itu memang suka melakukan hal-hal berbahaya. Kadang dia memanjati sebatang kakao di halaman rumah lalu terjun setelah mencapai ketinggian tertentu tanpa berfikir harus mendarat di titik dan cara yang tepat. Pada saat yang lain dia membawa korek ke mana-mana dan membakar plastik atau apa saja yang bisa dibakar. Semenjak Ramadhan, dia memilih petasan menjadi mainan rutinnya.

Suatu sore menjelang Maghrib ketika hujan gerimis dia berlari membawa selembar uang dua ribuan ke arah kios seberang jalan. Dapat dipastikan dia hendak membeli petasan. Saya segera membuntutinya. Beruntung kios itu sudah tutup.

Dia dan anak-anak sebayanya, secara umum, memang belum sepenuhnya memahami bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku bermain api dan petasan. Beberapa kali tangan dan kakinya tersengat api. Tetapi tidak membuatnya jera. Memar di dengkulnya terlihat silih berganti akibat terjatuh saat saat berlari, melompat, atau memanjat.

Dia tipe bocah keras kepala, anak yang susah dikendalikan, atau sulit diatur. Keinginannya harus dipenuhi. Itulah yang membuat saya dan istri saya kerap mengelus dada. Kesabaran saya seringkali harus diuji dengan tingkahnya yang tidak bisa kompromi. Dia benar-benar membuat saya harus belajar bersabar menghadapi tingkah lakunya.

Menghadapi anak seperti itu mau tidak mau membutuhkan kesabaran. Saya hanya mengambil hikmahnya saja. Anak seperti itu bisa jadi merupakan anugerah Tuhan sebagai instrumen untuk melatih kesabaran.

Kalau direnungkan secara mendalam berhadapan dengan bocah tantrum dan menjalani ibadah puasa memiliki persamaan. Kalau saya boleh membuat perbandingan, keduanya sama-sama memerlukan kesabaran. Di satu pihak, kesabaran menghadapi anak-anak yang sulit dikendalikan. Di pihak lain kesabaran menjalani Ramadhan dengan tidak melakukan berbagai pantangan yang dapat membatalkan atau mengurangi nilai ibadah puasa.

Pertama-tama tentu kita sepakat bahwa puasa merupakan momentum dimana kita memerlukan kesabaran. Puasa Ramadhan adalah ibadah yang tidak mudah dilakukan. Ibadah berlapar-lapar ini memerlukan kesabaran dalam berbagai bentuk. Maka mereka yang sanggup berpuasa hanya mereka yang memiliki bekal kesabaran.

1. Menahan lapar dan dahaga sepanjang hari

Ketika berpuasa Ramadhan, seseorang dituntut untuk menahan lapar dan dahaga selama berjam-jam. Seorang kompasianer dalam sebuah artikelnya mengakui bahwa menahan dahaga lebih berat daripada menahan lapar.

Tanpa bekal kesabaran orang yang menjalankan puasa bisa saja memilih makan di siang hari secara diam-diam. Siapa yang tahu. Toh tampang orang yang puasa dan tidak puasa sulit dibedakan.

Dalam situasi normal, di luar Ramadhan jarang kita sanggup bertahan tidak makan sejak pagi sampai maghrib. Namun dalam bulan Ramadhan kita memiliki semacam cadangan energi untuk tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman sepanjang hari. Patut dipercaya kemampuan bertahan ini sesungguhnya ditopang oleh energi kesabaran.

2. Menjaga sikap dan perilaku.

Mencapai kesempurnaan puasa bukanlah sekadar bertahan dari lapar dan dahaga. Puasa Ramadhan sejatinya memberikan dampak pada kemampuan dalam pengendalian diri dari perilaku tidak terpuji. Sebagai makhluk sosial, menjaga sikap dan perilaku kita menjadi penting dalam pergaulan sehari-hari.

Salah satu esensi puasa adalah menjaga dan mengendalikan diri dari tindakan-tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan pada sesama. Kesempurnaan puasa dapat dicapai dengan menahan diri dari ucapan yang dapat menyinggung perasaan orang lain.

Menunjukkan ucapan dan sikap sombong, misalnya, bisa jadi tidak membatalkan puasa tetapi perilaku semacam itu dapat menihilkan makna ibadah puasa.

Nabi SAW mengingatkan melalui An Nasa'i dan Ibnu Majjah,

"Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga (haus)."

Berbagai sumber menyebutkan bahwa orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini yaitu, orang yang tidak dapat menjaga ucapan, seperti, menggunjing orang lain, suka mencela, mengadu domba, dan para penyebar hoaks. Termasuk di dalamnya yaitu orang yang sombong dan suka pamer, serta berbuka dengan makanan haram. Untuk menghindar dari perilaku ini tentu membutuhkan kesabaran.

3. Menahan diri dari godaan

Godaan merupakan sesuatu yang mempengaruhi tindakan untuk mendapatkan rasa senang dalam waktu pendek. Godaan itu muncul kapan saja dan di mana saja. Dalam puasa godaan itu bisa hadir dalam berbagai bentuk. Keinginan untuk makan dan minum merupakan godaan berpuasa paling sederhana.

Godaan yang cukup berat bagi orang berpuasa adalah menahan diri dari gibah atau gosip. Sifat dasar kita yang kepo kerap membuat kita berupaya mengorek kehidupan pribadi orang lain. Hal ini dapat bermuara pada pembicaraan tentang kekurangan orang lain. Di sinilah potensi gibah itu hadir.

Marah merupakan cobaan terbesar kita. Saat kita sedang dalam keadaan lapar dan dahaga, kita menjadi begitu mudan terpancing untuk meluapkan amarah. Kita acapkali tidak bisa menahan luapan emosi saat berhadapan dengan situasi sulit. Dalam kondisi seperti ini kita dihadapkan pada godaan untuk melampiaskan kejengkelan dan sikap-sikap negatif lainnya.

Bagi kelompok pejabat korupsi menjadi godaan terbesar. Sifat dasar manusia yang cenderung memilih jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan sesaat hanya dapat dicegah dengan kemampuan mengendalikan diri dan membangun kesabaran untuk menahan diri dari hal serupa. Kesabaran dapat menjadi benteng atas setiap perkataan, tindakan, dan perilaku yang berseberangan dengan nilai agama, sosial, dan budaya.

4. Menjaga hati dan pikiran

Kesabaran paling esensial dalam berpuasa adalah kesabaran dalam menjaga hati dan pikiran. Hal ini berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan mental. Puasa mengajarkan seseorang agar selalu menjaga pikiran dan perasaan positif.

Di bawah kendali kesabaran, puasa menjadi sarana untuk melakukan refleksi atas setiap permasalahan yang dihadapi. Hal ini penting agar kita dapat melihat segala sesuatu yang kita hadapi sebagai sesuatu yang bernilai positif.

Semua bentuk kesabaran tersebut sangat penting dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan baik. Dengan mengasah kemampuan kesabaran, seseorang akan dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dari ibadah puasa yang dilakukan.

Lombok Timur, 28 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun