Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pamer, Perilaku Kekanak-kanakan

14 Maret 2023   21:39 Diperbarui: 14 Maret 2023   21:50 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Canva (dengan perubahan)

Anak saya yang ke tiga, si Bungsu, baru memasuki tahun ke lima kelahirannya. Dia lahir dengan karakter yang agak berbeda dari dua kakaknya, cenderung keras, aktif, dan selalu tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Saban pagi ketika bangun pagi, dia seringkali menunjukkan tantrumnya dengan berteriak-teriak jika ibunya tidak berada di sampingnya.

Sebagaimana anak-anak seusianya, dia juga suka menunjukkan perilaku pamer. Dia akan mengabarkan kepada teman-temanya jika memiliki mainan baru. Dengan gaya kekanak-kanakannya, dia akan memamerkan mobil-mobilan, pistol mainan, pedang-pedangan, bola, dan berbagai mainan yang dimilikinya. Sembari menunjukkan mainannya dia akan menjelaskan cara menggunakan barang-barang tersebut kepada teman-temannya. 

Tidak saja pamer tentang barang-barang yang dimilikinya, si Bungsu juga suka pamer dengan keterampilan atau kemampuan tertentu yang dimilikinya. Kerap dia membuktikan kepada temannya bahwa dia memiliki keterampilan memanjat sebatang pohon kakao di halaman rumah, bergelantungan, lalu melompat setelah mencapai ketinggian tertentu. 

Anak-anak akan memamerkan apa saja yang dianggap sebagai kelebihan dan keunggulan dirinya--mainannya, pekerjaan orang tuanya, kendaraan, sampai keterampilan fisik paling sederhana bagi orang dewasa.

Apa yang dilakukan anak-anak tersebut pada dasarnya merupakan hal yang wajar. Pada anak-anak, lebih-lebih pada balita, pamer itu merupakan upaya mereka mencari perbedaan dengan orang lain. Pada fase ini, anak-anak sedang berupaya melakukan pengukuran atas pencapaiannya (keunggulan). Sumber rujukan pencapaian dalam anggapan anak-anak adalah seberapa besar dan bagaimana respon orang terhadap sesuatu yang dia pamerkan. 

Mark  Loewen menulis dalam REM Online

"Dalam proses ini anak-anak sering kali mengukur kesuksesan mereka dengan respon yang diterima dari orang dewasa."

Pamer memang sudah menjadi sifat dasar manusia. Pamer, show off, merupakan sebuah tindakan yang bertujuan untuk menunjukkan, memperlihatkan, atau mendemonstrasikan sesuatu kepada orang lain dengan maksud mendapatkan pengakuan. 

Tindakan pamer acapkali menjadi cara seseorang menunjukkan eksistensi dirinya dalam kehidupan sosial. Pamer, dalam anggapan umum, kerap dihubungkan dengan sikap sombong ketika itu menyangkut kehidupan hedon. Indikatornya dimunculkan dalam bentuk pamer mobil baru, pakaian mahal, jalan-jalan, anak-anak yang tampan atau cantik, atau kesuksesan anak.

Pamer juga seringkali ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Menunjukkan gaya hidup sederhana di media sosial dengan tujuan mendapatkan pujian dari sesama termasuk juga dalam gaya hidup pamer. Sikap pamer itu juga dapat ditunjukkan dengan memberikan bantuan kepada seseorang lalu disebarkan melalui media sosial.

Pamer bisa saja ditampilkan dalam kebajikan semu, sebuah kebajikan yang dipertontonkan kepada orang lain dengan maksud menyombongkan diri. Pamer kebajikan seringkali juga digunakan penguasa atau wakil rakyat untuk mendapatkan simpati. Pamer jenis ini biasanya musiman. Setelah pesta usai kebajikan itu berakhir sampai masa pamer itu datang kembali.

Tidak jarang publik dipertontonkan aksi sejumlah politisi dan pejabat yang melakukan gerakan bagi-bagi sembako atau pakaian hanya untuk mendapatkan apresiasi banyak orang menjelang pesta politik pada berbagai level, dari level desa, level daerah, sampai level pusat. Aksi yang mereka lakukan sejatinya didasari pikiran kanak-kanak bahwa pengakuan dari orang lain menjadi salah satu parameter keunggulan diri. Pamer semacam ini bisa jadi merupakan sebuah cara menutupi kekurangan seseorang yang tidak memiliki prestasi.

Belakangan trend pamer kekayaan menjadi gaya hidup beberapa oknum pejabat, istri, dan anaknya. Perilaku pamer itu tengah ramai menjadi perbincangan. KOMPAS.com, 13/03/2023, merilis sejumlah pejabat yang suka pamer kekayaan dan masuk radar lembaga anti rasuah, KPK. Oknum-oknum tersebut rerata sedang atau pernah menempati posisi strategis di instansinya. Ada berbagai rupa kekayaan yang mereka pamerkan--kendaraan mewah, mobil antik, pakaian dengan harga puluhan juta rupiah, sampai kehidupan glamornya.

Tindakan tidak terpuji oknum pejabat dan keluarganya itu juga memicu munculnya berbagai anggapan negatif. Masyarakat kemudian mengambil kesimpulan sendiri bahwa kekayaan yang dipamerkan merupakan sesuatu yang didapatkan dengan jalan yang tidak benar. Apalagi jika yang bersangkutan menjabat pada instansi yang identik dengan pengelolaan uang negara.

Jika kembali kepada perilaku anak-anak, pamer sesungguhnya merupakan tindakan yang tidak menunjukkan kedewasaan. Pamer kekayaan, pamer kebajikan, atau pamer lain yang dengan tujuan membangkitkan decak kagum orang banyak adalah sisa-sisa masa kanak-kanak yang masih bertahan pada orang dewasa.

Lombok Timur, 14 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun