Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerpen "Hujan Kepagian" dan Masuk Sekolah Jam 5 Pagi

2 Maret 2023   23:31 Diperbarui: 3 Maret 2023   00:19 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen "Hujan Kepagian" karya Nugroho Notosusanto, Sebuah kumpulan cerpen sejarah pergerakan revolusi pasca kemerdekaan. Cerpen itu terdiri dari enam judul. Walaupun demikian cerpen itu tidaklah melulu berkisah tentang perang. Kumpulan cerpen itu juga mengungkap sisi lain dari kemanusiaan kita. Nugroho mengajak pembaca tudak melihat perang sebagai sesuatu yang hitam putih. 

Cerpen pertama berjudul "Senyum" mengisahkan tentang percakapan tokoh Aku dan arwah Jono yang memilih menjadi prajurit daripada sekolah. Percakapan itu mengungkapkan kepuasan Jono yang mati dalam keadaan tersenyum karena telah menunaikan baktinya agar Tati, adiknya, yang mewakili anak-anak seusianya dapat bersekolah tanpa bayang-bayang perang.

Melalui cerpen berjudul "Perawan di Garis Depan", Nugroho berkisah tentang seorang perawan yang terlibat sebagai pejuang dan berada di pront depan. Perawan itu dilukiskan sebagai pribadi tak yang mengenal rasa takut, pemberani, dan kejam.

Pribadi perawan itu dibentuk oleh pengalaman pahit dan kesengsaraan yang bertubui-tubi. Pengalaman itu membuatnya menjadi pejuang penuh pengorbanan. Bermula dari kematian ibu dan saudara-saudaranya. Kemudian dia memilih menjadi tentara dan bergabung dengan pejuang lain di pront depan. Di dunia perang yang liar, penderitaannya menjadi berlipat ganda karena mengalami perkosaan berkali-kali.

Pengalaman getir itu mengubah sang Perawan menjadi pribadi yang kejam. Gadis malang itu tumbuh menjadi perempuan bengis. Dia membunuh semua pemerkosanya. Di ujung kisah sang Perawan menangis di atas pusara ibunya. Dia meyakini seluruh pengorbanan dengan berbagai kegetiran yang dialaminya merupakan pengorbanan seorang perawan suci.

Nugroho dalam kumpulan cerpennya "Hujan Kepagian" mengajak pembaca melihat sisi lain dari kekejaman perang, tentang sisi kemanusiaan paling dalam, pengorbanan, perjuangan, dan cinta. Dalam cerpen Konyol, Notosusanto mengungkap prilaku mesum tokoh Dik dengan kekasihnya Titi. Perbuatan itu dipercaya semua orang sebagai penyebab tewasnya Dik.

Hal yang sama ditunjukkan Nugroho dalam bagian lain dari kumpulan cerpen "Hujan Kepagian"-nya.

Apa hubungan "Hujan Kepagian" dengan masuk sekolah pukul 5 pagi?

Saya pertama kali mengetahui informasi kebijakan salah satu daerah tentang masuk sekolah jam 05 pagi dari salah satu artikel kompasianer Heronimus Bani berjudul Menimbang Urgensi Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT, yang diunggah tanggal 27 Februari lalu. Saya merasa tidak percaya dengan judul artikel itu. Saya mengusap mata berkali-kali untuk memastikan tidak salah baca. 

Dua hari setelah itu, 01 Maret 2023, kompasiana menawarkan topik pilihan berjudul MEMBAYANGKAN MASUK SEKOLAH PUKUL 05 PAGI. Puluhan artikel muncul menjawab tantangan admin atas topik pilihan tersebut. Tanggapan kompasianer beragam tentang kebijakan tendensius itu. Ada yang melihat sisi positif tetapi lebih banyak yang menilai kebijakan itu sebagai sesuatu yang berlebihan..

Kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi membawa saya pada pengembaraan kesadaran yang membayangkan sisi lain dari kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi.

Cerpen Hujan Kepagian tidak hanya menarasikan tentang perang, luka-luka, aliran, darah, desingan pelurus, leddakan granat, atau heroisme. Untaian kisahnya juga menyertakan kisah cinta, rasa berdosa, pikiran konyol, rasa kehilangan, atau harapan bersahaja.

Dalam konteks kebijakan masuk sekolah pukul 05 pagi, saya membayangkan berbagai narasi lain yang muncul selain rutinitas pembelajaran yang mengalami perubahan waktu. Aturan baru itu akan memunculkan cerita baru di balik aktivitas guru dan siswa dalam ruangan berukuran sekitar 9 x 8 M. 

Salah satu yang terbayang dalam pikiiran saya adalah anak-anak tidur malam lebih awal dari biasanya. Malam harinya mereka tidak lupa men-setting alarm smartphone atau jam beker agar--paling tidak--berdering pukul 03.30. Anak-anak perempuan dengan manja akan berpesan kepada ayah atau ibunya agar dibangunkan satu atau satu setengah  jam sebelum pukul 05. 

Saat bangun pukul 03.30 aktivitas sudah dimulai. Persiapan berangkat ke sekolah menjadi lebih awal. Bagi anak laki-laki persiapannya mungkin tidak membutuhkan waktu lama sebagaimana anak-anak perempuan. Anak-anak itu harus berangkat menyesuaikan dengan jarak tempuh ke sekolahnya. Makin jauh lokasi sekolah, makin pagi juga harus berangkat. Bagi mereka yang dekat dengan sekolah tidak begitu bermasalah.

Terbayang pula ibu-ibu yang sibuk menyiapkan makanan untuk anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Suasana dapur menjadi tidak seperti biasanya. Suara kerontang piring, wajan, panci, atau sendok sudah mulai terdengar. Dapur menjadi sibuk. 

Saya juga membayangkan kekhawatiran orang tua yang melihat anak-anaknya harus pergi ke sekolah menembus pekatnya pagi. Kegundahan itu akan berganda jika anak-anak itu harus melintasi jalanan sepi dan rawan kejahatan.

Cerpen "Hujan Kepagian" dan masuk sekolah pukul 5 pagi dua hal yang dapat melibatkan berbagai cerita lain di luar tema sentral.

Lombok Timur, 2 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun