Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Prokrastinasi, "Jangan Pernah Menunda Pekerjaan!"

13 Januari 2023   10:14 Diperbarui: 13 Januari 2023   19:00 2828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pribadi sikap menunda pekerjaan itu dipicu oleh 3 hal mendasar.

Pertama, saya kerap merasa yakin bahwa beberapa pekerjaan bisa saya selesaikan dalam waktu singkat.

Pada titik ini, saya cenderung mengulur waktu atau menunda untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Ketika berhadapan pada situasi sulit, saya baru menyadari bahwa mengentengkan pekerjaan merupakan pikiran picik yang tidak perlu dipelihara. 

Kedua, ketika pekerjaan menjadi sebuah rutinitas berulang-ulang, saya cenderung merasa bosan. Pekerjaan itu menjadi sesuatu yang menjemukan.

Akibatnya, saya menjadi enggan untuk menyelesaikannya. Saya kerap memilih kegiatan lain yang tidak menjadi prioritas dalam pekerjaan.

Ketiga. ketika menemukan situasi baru yang menantang dan menarik saya cenderung mengabaikan rutinitas kerja utama.

Selama satu tahun terakhir, saya disibukkan (dan begitu bersemangat mengikuti) beberapa kegiatan pelatihan dan pengembangan profesi sehingga membuat pekerjaan lain kurang tersentuh. Hal ini menyebabkan adanya pekerjaan lainnya tidak tuntas.

***

"Jangan menunda-nunda pekerjaan!"

Demikian kalimat yang banyak diucapkan sebagai pengingat seorang atasan kepada bawahan, orang tua kepada anaknya, atau seorang pekerja senior kepada juniornya. Menunda pekerjaan berarti menumpuk pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun