Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sampah, Berkah di Balik Bahaya Mengerikan

10 Desember 2022   21:01 Diperbarui: 16 Desember 2022   21:48 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik yang menumpuk. (sumber: Freepik/jcomp via kompas.com) 

Banyak penelitian membuktikan betapa sampah plastik, khususnya, telah menjadi sumber pencemaran paling berbahaya. Sampah anorganik ini dipercaya dapat mengakibatkan terganggunya biota darat dan laut dalam jangka panjang.

Setiap tahun, sampah plastik membunuh jutaan hewan, mulai dari burung, ikan, hingga organisme laut. Melalui KOMPAS.com, sebagaimana dilansir National Geographic, sekitar 700 spesies hewan, termasuk yang terancam punah, diketahui telah terkena dampak sampah plastik. National Geografik Indonesia  merilis, 90 persen garam di dunia mengandung mikroplastik, Indonesia tertinggi.

Dikutip dari laman WWF, tahun 2019, ditemukan kenyataan bahwa delapan juta ton plastik bermuara di lautan setiap tahun. Jika dihitung dalam satuan waktu yang lebih kecil, jumlah itu sama dengan sekitar satu truk sampah plastik setiap menit mengalir ke samudera.

Keberadaan puing-puing plastik itu menjadi ancaman serius bagi kehidupan laut. Benda-benda sintetis itu dapat menyebabkan kematian karena tertelan, mati lemas, terjerat, berkurangnya mobilitas, dan cedera fisik secara eksternal maupun internal. 

WWF, lembaga bergambar panda itu, juga menyebutkan banyak spesies yang lebih besar kelaparan karena perutnya benar-benar penuh dengan plastik. 

Artinya, plastik sudah menjadi bagian dari rantai makanan. Setengah abad sebelumnya, 5 persen burung laut memiliki plastik di perutnya. Hari ini hewan pemakan plastik mencapai 9 dari 10 spesies. 

Pada tahun 2050, ketika lautan mengandung lebih banyak plastik daripada ikan, diperkirakan statistik tersebut dapat menyentuh angka 99 persen.

Data di atas memperingatkan umat manusia bahwa kehadiran sampah plastik telah menjadi sebuah ancaman mengerikan. Para peneliti dari University of Canterbury di Selandia Baru mengumpulkan sampel dari 19 situs di Antartika dan masing-masing berisi pecahan plastik kecil. 

Silakan cek informasinya di BBC News Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampah plastik telah menyebar ke berbagai wilayah bumi, bahkan ke wilayah paling tidak bertuan seperti Antartika.

Tidak saja di laut dan darat, udara pun berpotensi tercemar oleh sampah plastik yang mengalami pembakaran. Proses pembakaran sampah plastik yang dilakukan secara terbuka bisa mengakibatkan terjadinya polusi udara. 

Hal itu disebabkan oleh adanya partikel mikroplastik, logam berat seperti kadmium dan timbal, serta bifenil poliklorinasi yang terlepas saat pembakaran dan mengambang di udara. Itu berarti setiap hari udara yang dihirup umat manusia sudah mengandung bahaya plastik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun