Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sampah, Berkah di Balik Bahaya Mengerikan

10 Desember 2022   21:01 Diperbarui: 16 Desember 2022   21:48 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik yang menumpuk. (sumber: Freepik/jcomp via kompas.com) 

Sampah bagi banyak pihak menjadi permasalahan yang meresahkan. Keberadaan sampah dapat mengganggu kenyamanan sehari-hari; menyajikan pemandangan tidak sedap, menimbulkan bau busuk, atau menyebarkan aroma tidak bersahabat. 

Gangguan kenyamanan hanya satu hal. Sampah juga berpotensi menimbulkan penyakit. Diare, tifus, kolera, jamur, dan cacingan merupakan daftar penyakit yang dapat timbul dari sampah. Dampak paling mengerikan adalah sampah ditetapkan sebagai salah satu "tertuduh" utama penyebab kerusakan lingkungan.

Sampah yang dihasilkan manusia itu bisa berasal dari pesta, hajatan, konser musik, pertandingan sepak bola, konferensi di hotel berbintang, rapat, aktivitas pasar dan rumah sakit, dan aktivitas lainnya. 

Pada saat yang sama, setiap orang hampir pasti akan memproduksi sampah setiap kali membeli sepotong pakaian, membeli mainan untuk si kecil, belanja online, mengganti sparepart sepeda motor, sampai aktivitas rutin makan sehari-hari. Sampah juga bersumber dari aktivitas industri barang dengan volume yang relatif besar.

Sebagian sampah yang dihasilkan aktivitas di atas berupa sampah plastik. Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya diproduksi dari bahan kimia tak terbarukan. 

Sampah yang digolongkan ke dalam sampah anorganik ini merupakan bahan yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengalami pelapukan atau proses penguraian. 

Banyak sumber menyebutkan penguraiannya dapat mencapai ribuan tahun. Jikapun terjadi penguraian, hasilnya hanya berupa mikroplastik.

Dikutip dari klikdokter.com, mikroplastik adalah partikel hasil penguraian plastik yang ukurannya tidak lebih dari 5 mm. Partikel ini dapat ditemukan di perairan laut, sedimen sungai, debu, bahkan pada rantai makanan. Ini berarti bahwa, sampah plastik hanya mengalami penguraian menjadi bentuk-bentuk kecil tanpa mengalami perubahan struktur dan sifat sebagaimana sampah organik. 

Data secara global menunjukkan, 400 juta sampah plastik setiap tahunnya dihasilkan penduduk bumi dalam aktivitas sehari-hari. Demikian waste4change melansir keberadaan sampah dunia. Angka itu dipastikan bisa bertambah dari tahun ke tahun.

Indonesia sendiri, berdasarkan data SIPSN (Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional),  menghasilkan berbagai jenis sampah hingga mencapai lebih dari  31,4 juta ton pada tahun 2021. 

Angka ini sama dengan 86 ribu ton sehari. Sekitar 16% dari sampah itu berasal dari plastik, atau sekitar 5 juta ton/tahun sampah plastik diproduksi secara nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun