Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Suatu Sore di Rumah Sakit

29 Oktober 2022   11:38 Diperbarui: 1 November 2022   21:11 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya sendiri memilih mengambil tempat duduk menunggu di sebuah saung bambu beratap rumbia. Saung itu sudah mulai ringkih. Panggung tempat duduknya sudah tidak bersahabat. Sejumlah bilah bambu penyusunnya menceraikan diri meninggalkan saung.

Rumah sakit kecil itu dengan fasilitas yang belum begitu lengkap jika dibandingkan dengan rumah sakit yang lebih besar dan mapan. Akan tetapi, pelayanannya cukup baik. Sejauh yang saya alami demikian adanya. Kepala rumah sakit sekaligus pemiliknya kerap saya lihat mengontrol langsung aktivitas pelayanan. Dokter yang ada terbatas tetapi rata-rata cukup profesional dalam menangani pasien. Perawat sampai resepsionis selalu tanggap menghadapi keluhan pengunjung dan pasien. Semua pasien diperlakukan sama, dari pasien yang datang dengan mobil bak terbuka, ambulan, jasa ojek, dan mobil pribadi apalagi. Pasien umum dan pengguna BPJS juga dilayani dengan cara yang sama. Tentu sesuai dengan kelasnya. Cukup adil. Pasien dilayani sesuai dengan kelasnya. Pelayanan rumah sakit itu seperti dalam dunia jual beli. Makin bagus barang yang dibeli makin tinggi pula tarifnya.

Rumah sakit, bagaimanapun juga memiliki misi kemanusiaan sekaligus sisi bisnis, berorientasi kepada benefit, keuntungan material. Wajar saja. Ketidakwajaran itu jika rumah sakit tidak ramah kepada pengunjung. Modal pendirian rumah sakit memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tidak saja gedungnya. Rumah sakit harus menyediakan peralatan medis penunjang. Harga peralatan medisnya pun tidak main-main. Untuk mendapatkan gelar dokter juga penuh perjuangan finansial dan petualangan intelektual.

Lombok Timur, 29 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun