Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ahmad Hanif Rabbani, Air Tajin, dan Air Susu Ibu

7 Oktober 2022   16:07 Diperbarui: 20 Oktober 2022   08:54 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih satu bulan sejak tangis pertamanya memecah keheningan fajar, saya belum menemukan nama yang tepat. Selama itu pula saya menelusuri huruf demi huruf di atas lembaran kitab suci al-Qur'an sampai akhirnya saya menemukan kata 'hanif' dan 'rabbani'.

Hanif sering dihubungkan dengan Ibrahim AS yang berarti orang yang berjalan menuju kebenaran dengan tulus. Rabbani mengandaikan seseorang yang memiliki pengetahuan agama luas dan mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata. Di depan dua kata itu saya melengkapinya dengan 'Ahmad' sehingga membentuk nama 'Ahmad Hanif Rabbani.

Bayi Hanif menjalani hidup dengan pertumbuhan agak berbeda. Beberapa bulan di awal kelahirannya, pertumbuhan fisiknya sedikit bermasalah. Sampai dua tiga bulan pertama pantat dan pahanya dibalut kulit kisut. Lengannya mengerut karena hampir tidak berisi otot. 

Saat dibawa ke Posyando, istri saya tidak tega membuka selimut Hanif saat diperiksa kader dan bidan Posyandu. Anak-anak lain tampak sehat dan montok, tubuh Hanif sendiri sangat memilukan. Tubuh kecilnya nyaris tanpa daging. Tulang dadanya seolah menyeringai. Bola matanya melotot. Ukuran kepalanya tidak seimbang dengan tubuhnya.

Atas saran seorang tetangga bayi Hanif dijejali aik burak alias air tajin; cairan putih yang mendidih saat nasi dimasak. Tentu saja pemberian air tajin itu tidak dalam suhu tengah mendidih. Mulutnya bisa melepuh.

Sebagai bagian dari masyarakat kampung, saya tidak saja mengandalkan dokter atau penanganan medis. Bagaimanapun saya dan istri kadang-kadang terbawa juga cara penanganan secara tradisional. Hanif beberapa kali ditangani satu dua dukun untuk dimantrai. Akan tetapi, kondisinya tidak berubah.

Saat konsultasi ke dokter, air tajin disarankan untuk tidak lagi diberikan. Katanya air tajin itu tidak mewakili ASI karena strukturnya agak keras untuk lambung bayi seusianya. 

Pada usia ini organ pencernaannya masih terlalu rawan. Namun petuah dokter masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Bayi Hanif tetap saja disuguhi tajin sebagai asupan tambahan di samping ASI yang datangnya tersendat.

Menariknya, kira-kira memasuki bulan ke tiga tubuhnya mulai nampak berisi. Kaki tangannya terlihat lebih kekar. Pantat dan pahanya mengalami pemadatan hampir sempurna. 

Dadanya bidang. Pertumbuhannya membaik. Bayi Hanif yang kisut berubah menjadi bayi sehat seiring asupan ASI yang menderas. Atau mungkin juga dipicu air tajin. Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun