Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Ayah Melewati Masa Pensiun

13 September 2022   10:20 Diperbarui: 13 September 2022   10:34 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Ayah mencari tanaman hias (Dokpri)

Hari Minggu lalu saya bersama Ayah menjengok salah seorang adik yang sedang sakit. Dalam perjalanan Ayah menyempatkan diri membeli tanaman hias di sebuah lapak tanaman. Bertanam merupakan salah satu hoby beliau. Usianya senja tetapi kesenjaan itu tidak membuatnya menjadi senja dalam beraktivitas.

Menurut mendiang Kakek, Ayah lahir saat Jepang pertama kali mendarat di Indonesia. Artinya sekitar tahun 1942. Demikian Ayah meneruskan cerita kakek kepada kami. Secara administratif, Ayah lebih muda tiga tahun sebagaimana tertulis pada KTP dan Ijazahnya.

Ayah pensiun secara formal sebagai guru tahun 2005. Pasca pensiun formalnya, Ayah, bersama salah seorang paman saya dan sejumlah rekan-rekannya, masih aktif menjalankan roda pendidikan di sebuah sekolah swasta yang dirintisnya sejak tahun 1984. Sampai akhirnya, Ayah mundur dari aktivitas pendidikan secara utuh sekitar tahun 2010.

Sejak itu Ayah total tidak melakukan aktivitas yang terkait dengan profesinya sebelum pensiun. Beliau mengundurkan diri dari hiruk pikuk kerja yang memeras pikirannya selama berpuluh-puluh tahun. Ayah memilih keputusan untuk pensiun total dari hal-hal rumit. 

"Kemampuan berfikir saya sudah melemah," demikian alibi Ayah kepada guru dan pegawai di sekolah.

Bagaimanapun mengelola sekolah memang membutuhkan fokus pikiran yang lebih. Mengelola sebuah sekolah memerlukan energi ekstra. Itu sebabnya Ayah menyerahkan pengelolaan sekolah kepada anak-anak muda yang masih fresh.

Dalam pensiun totalnya, Ayah hanya di rumah saja. Tidak ada aktivitas lain di luar rumah untuk mengisi hari-hari lowongnya. Sesekali saja beliau mengunjungi sekolah yang dirintisnya untuk mengetahui perkembangannya. Atau menemui anak menantunya yang tinggal di beberapa tempat yang agak jauh.

Baca juga: Pesan Ayah

Apa yang beliau lakukan di rumah? Setiap hari beliau hanya menyapu, membersihkan kaca, atau melakukan perbaikan jika terdapat kerusakan kecil pada salah satu bagian rumahnya. Beliau hampir melakukan segalanya; Memperbaiki kunci pintu, membetulkan engsel, menambal keretakan kecil dinding rumah, memperbaiki instalasi listrik, atau menganti genteng yang pecah.

Perabotan rumah tangga seperti lemari, kursi, dan tempat tidur hampir setiap bulan mengalami perubahan posisi. Semua itu dilakukannya sendiri. Kalau Ayah sudah tidak kuat menggeser atau memindahkan barang, beliau akan meminta bantuan saya atau anak-anaknya yang lain.

Kondisi fisiknya masih normal. Beliau tidak bongkok. Jalannya masih tegak. Bicaranya juga masih normal. Pendengarannya masih jelas. Hanya pandangannya cenderung kabur akibat katarak kecil. Teman-teman sebayanya sebagian besar sudah meninggal. Beberapa orang masih hidup tetapi kondisinya sudah amat uzur, termasuk paman saya (saudara Ibu) sekaligus sahabat paling dekat Ayah sejak masih kanak-kanak. 

Dalam usianya sekarang, Ayah masih cukup bugar. Beliau masih mampu melakukan aktivitas ringan seperti memelihara tetanaman di halaman rumah, mengendarai sepeda motor ke kota kecamatan. Bahkan Ayah masih kuat memindahkan setengah dump pasir sejauh 10 meter dengan kereta dorong.

Halaman rumah juga tidak luput dari sasaran kerjanya. Beliau membuat taman sendiri di halaman, melakukan instalasi pipa air ke taman tersebut, dan menimbun lubang taman. Beliau bertanam banyak jenis flora; bunga, sayur, sampai tanaman buah. Secara berkala Ayah selalu mengganti cat rumahnya. Beliau jarang mencari tukang jika masih bisa dilakukannya sendiri. 

Beliau sangat menjaga kebersihan. Setiap ruangan selalu bersih. Ruang tamu, kamar tidur, dapur, sampai kamar mandi dan setiap bagian rumahnya tertata rapi. Ayah berusaha menjaga kebersihan diri. Ayah sadar bahwa lansia sering identik dengan bau apek.

Ayah pernah beternak ayam untuk menyibukkan diri. Di belakang rumah terdapat gudang kosong. Ayah merombaknya menjadi kandang. Beliau melakukannya sendiri. Di gudang itulah ayam-ayam peliharaannya dikandangi.

Sejak Ibu meninggal dua tahun lalu Ayah sempat kehilangan semangat. Ayah pun tidak lagi beternak ayam. Sekarang beliau mulai mendapatkan semangatnya kembali. Beliau kembali mengisi hari-harinya dengan menata halaman.

Bercocok tanam memang salah satu kegemarannya. Beliau selalu tertarik dengan tanaman yang jenis baru. Ayah tidak segan-segan merogoh koceknya untuk membeli bunga, benih sayuran, bibit tanaman lainnya.

Lombok Timur, 13 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun