Di samping sebagai tempat menerima tamu, ruangan ini juga sering menjadi ruang diskusi antara kepala sekolah dengan guru tentang banyak hal atau tempat bersama menyeruput kopi.
Ruang tamu itu terkoneksi menuju ruang guru melalui sebuah pintu. Jika di ruang guru ada obrolan, cekikikan, atau teriakan histeris, suaranya akan merambat ke ruang kepala sekolah dengan leluasa.
Keberadaan pintu penghubung itu berfungsi memudahkan interaksi kepala sekolah dan guru. Jika kepala sekolah dan guru saling memerlukan, melalui pintu itulah mereka saling terhubung. Kepala sekolah jugs dapat dengan mudah nimbrung bersama guru jika merasa suntuk dengan kesendirian.
Ruang guru itu sendiri cenderung sesak dengan delapan stel meja kursi guru dan operator sekolah. Kesesakan itu digenapkan dengan sebuah rak penampungan buku bacaan penunjang.
Di salah satu sudut ruang guru juga terdapat dapur sekadar tempat memasak air untuk minum kopi atau teh. Dapur itu dibatasi dengan dua buah lemari yang menambah kepadatan isi ruangan. Seharusnya dapur memiliki ruang sendiri untuk memberikan kelegaan bagi penghuninya.
Bilik kerja kepala sekolah sendiri memiliki pencahayaan yang cukup karena di dinding belakang yang menghadap matahari terbit terdapat jendela. Sebuah balon listrik menempel di tengah plafon untuk keperluan pencahayaan pada malam hari.
Ruang kerja ini dilengkapi pula dengan sebuah meja dan sebuah kursi hidrolik. Di atas meja terdapat sebuah mesin cetak atau printer, sebuah fasilitas yang tidak dapat dijauhkan dari sistem pengelolaan institusi masa kini.
Di belakang meja ruang cukup lapang untuk sekadar difungsikan sebagai tempat shalat atau rehat, misalnya, setelah kerja lembur.
Di dalam bilik kerja itulah kepala sekolah melakukan aktivitas menyusun berbagai kebutuhan administratif yang tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pendidikan.