Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begawe; Tradisi Gotong Royong, Parang, dan Tembakau dalam Masyarakat Sasak

3 Juli 2022   23:00 Diperbarui: 3 Juli 2022   23:08 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi yang basah, Minggu (07/03/2022). Titik embun bertengger pada pucuk dedaunan dan rumput liar. Udara dingin menembus kulit jangat yang telanjang. Matahari baru saja muncul menghias lengkung langit di ufuk timur dengan warna peraknya. Sekawanan burung pipit mencicit riang menyanyikan kesegaran pagi.

Saya berjalan menyusuri jalan aspal di depan rumah yang mulai koyak. Belum lima tahun aspal itu sudah menciptakan ketidaknyamanan kepada penggunanya. Tidak saja pengaspalan yang asal-asalan tetapi tingginya arus kendaraan pembawa material bangunan membuat jalan mengalami kerusakan lebih awal.

Dengan mengenakan sarung, kaos oblong, dengan kupluk penutup kepala saya melangkah menuju acara begawe (hajatan) pernikahan salah seorang warga di kampung sebelah. Begawe merupakan istilah dalam masyarakat Sasak yang merujuk kepada acara hajatan atau pesta pernikahan atau hitanan. Begawe juga sering disematlkan pada acara tujuh hari, sembilan hari, atau seratus hari meninggalnya seseorang.

Sudah menjadi tradisi masyarakat kampung yang masih menjunjung tinggi budaya gotong royong untuk saling membantu saat salah satu warga melakukan acara begawe.

Solidaritas sosial dalam keseharian kampung masih kental. Seseorang bisa terkena sanksi sosial jika jarang menghadiri begawe tetangganya. Dia akan diisolir dari kehidupan masyarakat. 

Seseorang yang jarang atau tidak pernah ikut serta dalam acara begawe pada saatnya nanti akan menjadi bahan pergunjingan. Jika yang bersangkutan mengadakan hajatan warga akan merasa enggan untuk membantunya.

Kampung tempat berlangsungnya begawe terletak di kaki bukit kecil. Sepagi itu, warga yang sudah ramai berdatangan untuk bekerja membantu mempersiapkan jamuan. Biasanya dimulai sejak subuh sehingga tamu undangan sudah dapat dijamu paling tidak jam 09.00 pagi.

Semua orang tampak bekerja di bawah tetaring, semacam naungan yang terbuat dari terpal dengan tiang bambu. Di masa lalu, naungan itu terbuat dari anyaman daun kelapa yang disebut kelansah. Ada juga yang menggunakan alang-alang. Selaras dengan perkembangan zaman tetaring dengan atap kelansah dan alang-alang mulai digantikan dengan terpal. 

Sekumpulan laki-laki terlihat mengupas kelapa. Kelompok lainnya tampak mengupas dan memotong nangka. Sekelompok orang lainnya mengiris batang pisang yang masih muda. Nangka dan batang pisang merupakan menu makanan yang biasa disajikan sebagai hidangan begawe. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun