Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Ziarah Kubur Massal di Lombok Timur H+2 Lebaran

5 Mei 2022   21:07 Diperbarui: 6 Mei 2022   10:47 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pagi itu, 2 Syawal 1443 H atau 2 Mei 2022, matahari masih bersembunyi di kaki langit. Bintang penghasil energi terbesar bagi kehidupan di bumi itu hanya mengirim semburat merah yang terpahat pada lengkung langit pagi di ufuk timur. 

Suara microphone toa melengking dari tempat pemakaman umum. Dari balik pengeras suara itu, seseorang menyampaikan bahwa hari itu tanggal 2 Syawal. Hari dimana masyarakat dari 2-3 desa melakukan ziarah massal sembari bersilaturrahim dan bermaaf maafkan. 

Saya bergegas menggontai langkah menuju pemakaman yang berada sekitar 200 m dari rumah saya. Sebelum sampai di pemakaman terdengar suara pembacaan surah Yasin dimulai.

Sepagi itu, mestinya area pemakaman masih sepi. Tetapi hari itu sudah ramai dengan kedatangan para peziarah. 

Mereka menggelar tikar di sekitar kubur keluarga masing-masing. Semua bersimpuh dengan takzim ikut membaca surah Yasin berulangkali yang dipandu oleh beberapa orang secara bergiliran. 

Setelah rangkaian doa dibacakan, acara selanjutnya disertai dengan ceramah. Pada akhir kegiatan acara biasanya dilakukan salam-salaman.

Saya dan keluarga duduk di sekitar pusara Ibu yang telah mendahului kami bulan Agustus tahun lalu. 

Di sekitar itu pula kakek, nenek, buyut, dua orang adik kami menikmati peristirahatan terakhirnya. "Semoga semua penghuni makam mendapatkan tempat di sisi Allah SWT". Demikanlah doa kami para peziarah.

Sejumlah pedagang mainan balon mencoba mencari peruntungan pada bocah-bocah dalam gendongan ibu atau Ayahnya. Mau tidak mau, sejumlah besar balon kemudian berada di bawah kekuasaan anak-anak. 

Balon-balon dengan berbagai karakter itu menjulur di antara hamparan peziarah. Mainan itu seakan berjingkat untuk mencapai ketinggian, persis seseorang yang pandangannya terhalang oleh sesuatu ketika tertarik dengan sebuah objek. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Adalah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semango, terletak di Desa Leming, Kecamatan Terara, Lombok Timur, NTB, pada tanggal 2 syawal selalu dipadati peziarah. H plus 2 idul Fitri merupakan ritual ziarah kubur secara massal. Tradisi ini sudah berlangsung belasan tahun. Ini bermula dari gagasan seorang Tuan Guru (ulama) di desa setempat.

TPU dengan luas sekitar 2 hektar itu dipenuhi peziarah. Sebagian besar peziarah dari pemukiman terdekat datang dengan berjalan kaki dengan melintasi pematang yang mengarahkan mereka ke pemakaman. Sebagian lagi naik sepeda motor melalui jalan tanah satu-satunya menuju TPU. 

Jalan tanah itu berada di sisi selatan TPU dengan lebar kurang lebih 2.5 m. Sejumlah pemotor juga datang melalui gang kecil yang membelah Kampung Semango. 

Gang itu merupakan jalur penghubung menuju area pemakaman. Sejumlah peziarah yang datang menggunakan mobil harus memarkir kendaraan di pinggir jalan desa yang jauhnya sekitara 200 m dari pemakaman.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Saat pembacaan Yasin, peziarah terus berdatangan bersama suami/istri, anak, cucu, menantu, ipar, dan kerabat lainnya. Warga tumpah ruah di area pemakaman. Kedatangan mereka tanpa undangan. Mereka adalah peziarah yang datang dari banyak tempat. Tidak ada komando. 

Mereka datang karena ada panggilan jiwa untuk bertemu dan berkumpul di tempat itu. Sebagian peziarah merupakan warga sekitar yang berdomisili di dua sampai tiga desa setempat. Sebagian lagi merupakan perantau yang pulang kampung saat momen idul Fitri.

Ziarah kubur massal merupakan cara praktis untuk saling berjumpa saat lebaran. Seseorang dan terutama para pemudik tidak mungkin mendatangi atau berkunjung kepada semua warga satu persatu untuk berjumpa dan saling mengucapkan selamat idul fitri, bersalam-salaman, dan bermaaf-maafan. 

Akan tetapi. tanpa perjumpaan dan salam-salaman lebaran akan terasa hambar. Oleh karena itu, momentum ini menjadi kesempatan paling mungkin untuk bertemu sahabat dan kerabat lebih banyak.

Ziarah kubur massal menjadi ruang berkumpul untuk menjalin silaturrahim. Momentum ini merupakan kesempatan untuk berinteraksi dan berkomunikasi antar warga. Pada saat yang sama peziarah juga berkesempatan untuk untuk berzikir, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil. 

Di atas pemakaman para peziarah larut dalam doa dan lenguh istighfar. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Momentum penting ini juga menjadi pusat reuni para perantau. Mereka yang pernah menjalani masa kecil bersama teman-teman berkesempatan bertemu di pemakaman walaupun dalam waktu singkat. 

Ziarah massal bagi para perantau semacam lorong waktu menuju kenangan masa lampau yang tertimbun waktu.

Ziarah kubur massal memiliki arti penting lain. Kehadiran peziarah membawa mereka pada proses refleksi--sebagaimana doktrin yang diyakini umat Islam bahwa bahan dasar penciptaan manusia adalah tanah--maka pada saatnya nanti akan kembali ke tanah dan menjadi penghuni pemakaman. 

Pada saatnya kelak manusia akan kembali ke bahan dasarnya untuk menemui sang Pencipta. Ziarah makam memberikan kesadaran bahwa suatu saat nanti semua manusia akan kembali ke alam persinggahan sampai akhirnya dibangkitkan kembali kelak dalam kehidupan hari akhir. 

Berada di arena ziarah massal, saya membayangkan tengah berada di Padang Mahsyar dimana , "Pada hari itu, dan dunia akan terlihat seperti dataran datar, dan mereka akan dikumpulkan, bersama-sama, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang mereka." [Surat Al Kahfi 18:47]

Lombok Timur, 05-05-2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun