Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transformasi Digital Pendidikan, Apa Saja Tantangannya?

2 Mei 2022   23:30 Diperbarui: 5 Mei 2022   17:50 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Sekolah Cikal berperan untuk memberikan masukan dan tanggapan melalui konferensi yang dilakukan secara individual alias satu per satu. (Dok. Sekolah Cikal via edukasi.kompas.com)

Teknologi digital saat ini menjadi sebuah biakan yang menggoda kehidupan manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan digantungkan pada mekanisme digital yang terus mengalami perkembangan.

Cikal bakal teknologi digital pada dasarnya dimulai dengan kehadiran perangkat komputer di pertengahan abad 20 (1948). Empat dasawarsa kemudian muncul teknologi internet pada tahun 1989. 

Diperlukan sekitar 8 tahun berikutnya (1997) untuk mengembangkan internet menjadi jejaring sosial yang mulai marak sejak tahun 2000 (1). 

Akhir tahun 2005, saya mulai menggunakan komputer. Ketika itu sebuah perusahaan tembakau memilih sekolah tempat saya mengajar sebagai salah satu sasaran pengembangan dan pemberdayaan sekolah. 

Selama kurang lebih lima tahun sekolah mendapatkan pendampingan dalam pengembangan dan pemberdayaan berbagai aspek yang berhubungan dengan manajemen sekolah dan pembelajaran. 

Tidak hanya pendampingan, perusahaan juga memberikan fasilitas yang dibutuhkan sekolah berupa pengadaan sanitasi, perbaikan ringan fisik sekolah, perlengkapan belajar sampai bantuan komputer.

Sumber Canva
Sumber Canva

Komputer itu memberikan saya kesempatan untuk belajar mengoperasikannya dan menggunakan sejumlah aplikasi yang biasa digunakan dalam dunia kerja seperti word, excell, atau powerpoint.

Dalam perkembangannya komputer atau laptop menjadi perangkat wajib bagi sekolah dalam memudahkan pekerjaan yang bersifat administratif. 

Peralatan ini merupakan bagian penting bagi kepala (sekolah) dalam mengelola (membuat, menyimpan, dan memperbaharui) dokumen berupa data siswa, sarana prasarana, kepegawaian, dan berbagai dokumen pendukung lainnya. 

Pada saat yang sama, guru juga lebih efektif dan efisien dalam membuat perencanaan pembelajaran--silabus, program pembelajaran, sampai alat dan hasil evaluasi. Bahkan proses pembelajaran di kelas pada banyak sekolah sangat dimudahkan dengan penggunaan fasilitas komputer dengan tayangan proyektor.

Dalam perjalanan waktu, penggunaan teknologi digital pada anak-anak SMP dan SMA makin mendapatkan tempat yang penting. 

Ketika telepon pintar masih dalam rahim sang waktu dan belum mengalami perkembangan seperti saat ini, mereka menggunakan jasa warnet untuk mencari informasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. 

Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya siswa sudah mengalami transformasi digital sebelum hari ini menjadi salah satu tren pendidikan, terlepas dari keberadaan warnet sebagai tempat dimana anak-anak dapat mengakses informasi dari situs-situs dengan konten negatif.

Gagasan tentang transformasi digital mencapai klimaks ketika wabah pandemi covid-19 merundung masyarakat global di awal tahun 2020.

Akibat berubahnya tatanan sosial dalam masa pandemi berupa pembatasan jarak antar individu dan wilayah, penggunaan teknologi digital menjadi alternatif paling memungkinkan untuk melakukan interaksi sosial, transaksi niaga, sampai penyelenggaraan pendidikan. 

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, mau tidak mau, secara niscaya harus mengimbangi arus transformasi itu.

Berdasarkan perkembangan di atas, transformasi digital dapat dipandang sebagai sesuatu yang mendesak. 

Dalam arus perkembangan teknologi informasi yang makin massif tentu sangat tidak diharapkan anak-anak atau peserta didik akan menjadi generasi yang gagap terhadap praktek pemanfaatan teknologi digital dengan berbagai transformasi lain yang menyertainya. 

Peserta didik saat ini jangan sampai menjadi "pendatang yang tidak siap"--meminjam istilah Alvin Toffler dalam Kejutan Masa Depan--sebagai bagian dari semangat kompetisi kehidupan global yang tidak dapat dihindari.

Digitalisasi Sekolah

Program digitalisasi sekolah diluncurkan pemerintah sebelum pandemi mengguncang warga dunia. Oleh Kemdikbud pertama kali diluncurkan di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Rabu 18 September 2019. Ide digitalisasi sekolah sebagai bentuk transformasi digital merupakan gagasan positif. Program yang dimulai dengan menyasar sekolah di wilayah 3T ini merupakan aksi nyata pemerintah untuk memberikan peluang kepada lembaga pendidikan di seluruh Indonesia dalam rangka upaya pemerataan akses informasi di dunia pendidikan.(2

Program digitalisasi sekolah dilatarbelakangi oleh sebuah fakta bahwa sejauh ini telah terjadi kesenjangan akses pendidikan yang memadai antara daerah perkotaan dan daerah 3T. 

Melalui program ini warga sekolah dapat memiliki kesempatan untuk mengakses informasi yang lebih luas melalui jaringan internet. 

Hal ini akan bermuara pada terwujudnya sebuah harapan bahwa pendidikan di daerah tertinggal dapat memiliki mutu yang sejajar dengan sekolah yang berada di jantung-jantung peradaban kota yang maju.

Tantangan?

Tantangan dalam proses transformasi digital pendidikan adalah perubahan cara berpikir pelaksana pendidikan, dalam hal ini guru, pada tingkat satuan pendidikan. Tanpa melalui riset, dapat dilihat bahwa kelompok guru dalam menyikapi perubahan terbelah ke dalam 2 kelompok besar.

Pertama, kelompok guru yang selalu tanggap terhadap perubahan. Kelompok ini senantiasa sigap membekali diri dengan keterampilan baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dalam konteks transformasi digital, mereka berusaha mengimbangi perubahan dan segala bentuk kebaruan dengan meningkatkan kompetensi diri. 

Kelompok ini selalu "gelisah" dengan inovasi baru yang berkembang. Kegelisahan itu kemudian mereka wujudkan dengan belajar dan terus mengasah keterampilan mereka secara konsisten.

Kedua, kelompok guru yang terbiasa berada pada "zona nyaman". Kelompok kedua ini terlihat santai dengan perubahan. Mereka terlihat damai di atas puncak gelombang perubahan dan cenderung tidak peduli dengan perkembangan teknologi dan mengabaikan peningkatan kemampuan dan keterampilan diri sebagai guru.

Akhirnya aspek yang paling penting dari transformasi digital itu adalah ketersediaan fasilitas pendukung yang dilengkapi dengan jaringan internet yang memadai. Jika fasilitas ini tidak terpenuhi, proses transformasi itu akan berjalan lambat dan tertatih. 

Lombok Timur, 02 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun