"Saat masih di pohonnya buah pisang itu terdapat pada bagian mana?"
"Pucuknya," jawab Badel singkat.
"Nah, kan kamu tahu sendiri buah pisang keluar dari pucuknya,"
"Momon, tidak ada yang dapat membantah bahwa buah pisang memang keluar dari pucuknya. Hanya saja, di mana-mana manusia menanam pisang bukan pucuknya tetapi bonggolnya," giliran Badel berusaha meyakinkan Momon.
"Kamu tidak bisa mengikuti cara manusia, Del. Manusia itu makhluk yang memiliki kemampuan lebih dibanding bangsa kita. Mereka sangat pintar mengubah sesuatu yang fiktif menjadi sebuah fakta. Mereka mampu mengolah hamparan fatamorgana menjadi kebenaran tidak terbantahkan. Atau sebaliknya. Kalau kamu melihat mereka menanam bagian bawah pisang, itu hanya penampakan saja. Jangankan pohon pisang, hutan yang lebat saja mampu mereka sulap menjadi gurun," Momon berusaha mengubah keyakinan Badel.
Badel terdiam.
"Manusia itu dibekali kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Dengan melempar celana dalam ke atap rumah hujan bisa berhenti. Nah, kita celana dalam saja tidak punya. Yang paling populer saat MotoGP Mandalika minggu ini, mereka menggunakan pawang hujan untuk merekayasa cuaca agar balapan itu bisa berlangsung dengan baik. Bahkan saat minyak goreng langka bisa berubah jadi banjir minyak hanya dengan mencabut HET," lanjut Momon.
Rupanya Badel mulai terpengaruh dengan penjelasan Momon. Pada saat yang sama, Momon tahu bahwa dia memang salah. Tetapi dia ingin Badel percaya, apa yang dilakukannya merupakan sebuah kebenaran. Momon terus menerus menjejali pikiran salah ke dalam kepala Badel dengan sejumlah peristiwa yang dianggap tak masuk akal beberapa hari terakhir. Momon terus melakukannya sampai Badel menerimanya menjadi suatu kebenaran. Tampaknya Momon berhasil. Badel diam.
"Masuk akal," Badel membatin.
"Ayo! Bantu saya angkat batang pisangnya. Kita tanam sama-sama. Nanti kita panen sama-sama."
Badel patuh. Dibantunya Momon mengangkat dan menanam pucuk pohon pisang itu.