Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pisang: Sebuah Parodi

23 Maret 2022   16:24 Diperbarui: 23 Maret 2022   16:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi freepik

"Saya menanamnya karena saya suka. Del, Kalau nanti pisang ini tumbuh dan berbuah kita bisa pesta pisang," Momon melanjutkan penjelasannya.

"Tentu saja. Kita bangsa monyet memang penyuka pisang. Monyet mana yang tidak suka pisang? Tetapi masalahnya bukan suka atau tidak suka. Bukan pula tentang pesta pisang."

"Lalu apa masalahnya?"

"Caramu menanam pisang. Itulah masalahnya."

"Maksudmu?" Momon tetap dalam kebingungan.

"Pisangmu tidak akan bisa hidup. Menanam pisang caranya bukan begitu, Mon," kata Badel.

"Memang kenapa, Del?"

"Menanam pisang bukan pucuknya."

Momon terdiam. Dia memandangi pisangnya. Momon tampak ragu. Tetapi sifatnya yang tidak pernah mau mengalah membuatnya terus mencari jawaban agar tindakannya dapat dibenarkan. Momon memang begitu. Selalu mencari pembenaran atas setiap tindakan yang dilakukannya. 

"Badel, mari kita lihat. Kamu pernah menemukan buah pisang yang belum dipetik?," Momon bertanya.

"Tentu saja. Saya pernah melihatnya. Saya, kamu, dan semua monyet adalah hama pisang bagi manusia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun