Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ekowisata Bale Mangrove Poton Bako, Destinasi Wisata Berbasis Lingkungan

19 Maret 2022   19:06 Diperbarui: 19 Maret 2022   20:00 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar di sini (travel.kompas.com)

Rabu siang itu, 16 Maret 2022, setelah mengikuti kegiatan rapat di SDN 4 Jerowaru, saya dan sejumlah kepala sekolah berkunjung ke sebuah lokasi wisata yang tidak jauh dari lokasi rapat.

Angin laut bergerak ringan menerpa dedaunan dan menggoyang ranting kecil. Geraknya menyertakan hawa gerah yang melampaui batas toleransi. Matahari menjerang bumi seakan hendak mendidihkan genangan air laut. Cuaca cerah dalam kuasa hawa panas itu seolah hendak memeras habis keringat setiap pengunjung kawasan ekowisata Poton Bako.

Dokpri
Dokpri

Poton Bako merupakan sebuah perkampungan di pesisir pantai selatan Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Perkampungan nelayan itu tepatnya berada di ceruk lautan yang dikenal dengan nama Teluk Jukung. Sebuah teluk yang terletak wilayah Kecamatan Jerowaro di Kabupaten Lombok Timur. Jika Tuan dan Nyonya berkenan berkunjung dapat mengikuti petunjuk ini.

Ketika memasuki hutan dalam kawasan ekowisata Poton Bako pemandangan awal pengunjung akan tertumpu pada sebuah bangunan seperti panggung yang bertuliskan EKOWISATA BALE MANGROVE. Bale dalam bahasa Sasak berarti rumah. Nama itu sebagai sebuah pesan bahwa kawasan itu seharusnya dianggap sebagai sebuah rumah yang memerlukan perawatan, pemeliharaan, dan pengembangan.

Di dalam hutan mangrove, kondisi udara sangat berbeda. Rimbun pohon mangrove menciptakan kesejukan hampir sempurna. Berada di dalam hutan mangrove pengunjung merasakan keteduhan. Terobos cahaya matahari di sela rimbun mangrove seperti berada di sebuah bangunan rumah besar dengan atap berlubang di sana sini.

Kawasan ekowisata Poton Bako merupakan salah satu destinasi wisata baru di Lombok Timur. Berdasarkan informasi disini, kawasan ini dibuka sebagai destinasi wisata yang digagas oleh anak-anak muda setempat. Gagasan itu yang dipicu oleh kegelisahan mereka akibat makin berkurangnya lingkungan hijau di kawasan pantai sebagaimana terjadi banyak tempat termasuk di desa setempat.

Berdasarkan informasi dari link ini, kawasan yang memiliki luas sekitar dua hektar itu memiliki memiliki dua jenis spesies mangrove yakni Rhizophora dan Sonneratia Alba. Di antara tumbuhan itu terdapat mangrove yang sudah mencapai ratusan tahun sehingga dikategorikan sebagai pohon purba.

Informasi lain di sini, di Lombok bagian utara dalam wilayah kabupaten yang sama, terdapat juga pohon purba lain. Pohon purba itu terdapat Kecamatan Peringgabaya ini dikenal masyarakat sebagai pohon lian. Tanaman yang dalam istilah latin disebut ficus albipila memiliki akar yang menghunjam ke dalam bumi hingga mencapai sekitar 170 m dengan ketinggian 40-50 meter.

Sumber gambar di sini (travel.kompas.com)
Sumber gambar di sini (travel.kompas.com)

Dalam hutan Ekowisata Bale Mangrove dengan luas sekitar 2 hektar tersebut, pengunjung difasilitasi dengan jembatan yang dibangun khusus agar setiap orang yang masuk leluasa melihat-lihat pemandangan. 

Jembatan sepanjang kurang lebih 200 m itu memungkinkan pengunjung menikmati belantara mangrove tanpa resiko terbenam dalam lumpur. Saat ini, fasilitas jembatan itu tidak cukup untuk melihat semua area belantara. Beberapa titik di kiri kanan jembatan dibuat spot khusus bagi pengunjung yang berniat foto-foto

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Beberapa tulisan terpampang di sejumlah pohon dengan kalimat yang menggelitik. Kalimat itu sebagian diksinya dikutip dari gaya komunikasi anak-anak remaja yang dihubungkan dengan kecintaan terhadap alam.

Dokpri
Dokpri

Saya sendiri baru kali ini melihat kumpulan bakau. Akar-akar mangrove itu sebagian bermunculan mirip geliat ular yang tengah menari dalam jumlah yang tak terhitung. Sebagian lagi menancap ke dalam bumi merengkuh lumpur.

Ekowisata Poton Bako tidak saja berorientasi wisata belaka tetapi juga sebagai sarana edukasi kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kesadaran pentingnya pelestarian lingkungan, dalam hal ini hutan bakau. Bahkan bulan Februari 2022 yang lalu di tempat ini telah diselenggarakan festival bale mangrove yang melibatkan siswa sekolah. Infromasinya dapat diakses di sini.

Ide bahwa pelestarian lingkungan tidak saja dalam gagasan semata. Pemuda, pemerhati lingkungan, anak-anak sekolah, dan banyak pihak telah melibatkan diri dalam kegiatan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun