Semua bumbu itu diulek jadi satu dalam cobek tanah liat. Kadang-kadang dicampur daun ubi jalar yang merambat di dinding asrama. Sesekali santri makan telur yang dimatangkan bersama nasi yang dimasak. Bila maulid, lebaran, dan hari besar Islam tiba, santri dilanda euforia karena makanan melimpah. Kadang-kadang kami diundang warga Pancor untuk hiziban (doa yang disusun oleh KH. Zainuddin Abdul Majid, pendiri Nahdlatul Wathan Pancor NTB). Ini menjadi momen paling membahagiakan karena akan makan enak.
Saat persediaan makanan sudah habis biasanya santri pulang lalu kembali dengan memikul karung berisi beras dan berbagai jenis kebutuhan. Sebuah pemandangan yang galib masa itu jika santri bawa karung berarti baru datang dari rumah.
O, ya. Salah satu ciri khas kami saat itu adalah koreng dan kudis. Tidak seorangpun dari kami luput dari serangan penyakit yang disebabkan bakteri itu. Semua penghuni pernah diserang gatal-gatal terutama pada bagian yang tak patut untuk disebutkan.
Tahun 1985 Hisponwadi terbakar. Saat itu saya di tahun ke dua di bangku Tsanawiyah Muallimin. Tidak satupun bangunan asrama yang tersisa. Semua lenyap dimakan api yang konon bersumber dari kompor milik salah seorang santri. Semua penghuni asrama 'rarut' dan mencari tempat tinggal baru.
Secara logika, Mushalla al-Abror di sebelah timur, madrasah Muallimat di sebelah barat, dan gedung thullab ma'had di sebelah selatan mestinya ikut terbakar tetapi kobaran api tak sampai menyentuhnya.
Hisponwadi bagi saya adalah tempat paling nyaman dan paling teduh yang pernah saya temukan setelah rumah. Asrama sederhana itu menyimpan kenangan yang mengesankan. Terlepas dari belajar formal di madrarsah, di asrama itu saya banyak belajar tentang rasa sakit, keprihatinan, dan kesederhanaan sekaligus ketegaran. Asrama itu tidak saja menularkan koreng dan kudis tetapi kemandirian sekaligus kebersamaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI