Masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi sering kali merasa tidak percaya kepada otoritas atau pihak yang berwenang, termasuk guru, dan cenderung menganggap mereka sebagai pihak yang oportunis.
Sikap playing victim ini tidak hanya merugikan individu yang menjadi sasaran tuduhan, tetapi juga merusak tatanan sosial dan moral masyarakat.Â
Guru, sebagai pendidik yang seharusnya mendapatkan dukungan penuh, malah menjadi korban penghinaan dan fitnah. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya semangat dan motivasi mereka dalam menjalankan tugas mulia mendidik generasi muda.
Selain itu, sikap negatif ini juga menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi perkembangan mental dan emosional anak-anak. Mereka bisa tumbuh dengan pola pikir yang salah, dimana menyalahkan orang lain dianggap sebagai hal yang wajar dalam menghadapi masalah.
Untuk mengatasi penyakit mental akut ini, diperlukan usaha bersama dari berbagai pihak. Pendidikan karakter sejak dini harus diperkuat, dengan menanamkan nilai-nilai positif seperti rasa tanggung jawab, empati, dan kemampuan berpikir kritis.Â
Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang berimbang dan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita negatif.
Kita juga perlu membangun budaya apresiasi dan dukungan. Menghargai setiap usaha dan pencapaian, sekecil apapun itu, adalah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih positif dan konstruktif.Â
Dengan begitu, kita bisa berharap bahwa di masa depan, tragedi seperti Study Tour SMK Lingga tidak lagi menjadi ajang untuk saling menyalahkan, tetapi menjadi momen untuk bersama-sama mencari solusi dan memberikan dukungan.
Tragedi Study Tour SMK Lingga dan reaksi masyarakat terhadap prestasi Timnas Indonesia adalah cerminan dari masalah yang lebih dalam di masyarakat kita.Â
Penyakit mental akut berupa sikap playing victim harus segera diatasi agar tidak semakin merusak tatanan sosial kita. Marilah kita bersama-sama mengubah pola pikir negatif ini menjadi energi positif yang mendukung kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H