Mohon tunggu...
Mohamad Amin Wafai
Mohamad Amin Wafai Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pribadi yang Suka dengan Pengembangan Potensi Diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tragedi Study Tour SMK Lingga dan Penyakit Mental Akut Masyarakat Kita

15 Mei 2024   09:11 Diperbarui: 17 Mei 2024   02:18 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pelajar sekolah keluar main. (Dok. Freepik.com via kompas.com)

Beberapa waktu lalu, Timnas Indonesia berhasil meraih prestasi yang membanggakan dengan menjadi tim terbaik ke-4 di Asia. 

Pencapaian ini seharusnya menjadi sumber kebanggaan dan dorongan semangat bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. 

Alih-alih memberikan dukungan, masyarakat mencemooh tim ini karena gagal melaju ke final dan tidak lolos ke Olimpiade. 

Muncul teriakan-teriakan negatif seperti "Marselino Out" dan "STY Out", serta berbagai komentar miring lainnya yang diarahkan kepada para pemain dan pelatih.

Situasi serupa terlihat pada tragedi Study Tour SMK Lingga di Subang. Kejadian tragis ini mengakibatkan duka mendalam bagi seluruh komunitas sekolah, terutama para siswa dan keluarga yang terdampak. 

Namun, yang menyedihkan, masyarakat kembali menunjukkan perilaku yang kurang bijak dengan menyalahkan dan menghina guru yang terlibat dalam penyelenggaraan study tour tersebut. 

Tuduhan bahwa guru hanya mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan ini menjadi sorotan di berbagai media sosial, tanpa bukti yang jelas.

Perilaku mencemooh dan menyalahkan ini adalah cerminan dari penyakit mental akut yang sedang melanda masyarakat kita, yaitu sindrom Playing Victim. 

Sikap ini terlihat ketika masyarakat lebih memilih menyalahkan pihak lain atas setiap kegagalan atau kejadian buruk, daripada mencari solusi atau introspeksi diri.

Komentar yang menyalahkan guru dengan tuduhan bahwa "guru hanya mengambil keuntungan" menunjukkan adanya trauma di masa lalu, terutama dalam aspek finansial atau keuangan mereka. 

Masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi sering kali merasa tidak percaya kepada otoritas atau pihak yang berwenang, termasuk guru, dan cenderung menganggap mereka sebagai pihak yang oportunis.

Sikap playing victim ini tidak hanya merugikan individu yang menjadi sasaran tuduhan, tetapi juga merusak tatanan sosial dan moral masyarakat. 

Guru, sebagai pendidik yang seharusnya mendapatkan dukungan penuh, malah menjadi korban penghinaan dan fitnah. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya semangat dan motivasi mereka dalam menjalankan tugas mulia mendidik generasi muda.

Selain itu, sikap negatif ini juga menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi perkembangan mental dan emosional anak-anak. Mereka bisa tumbuh dengan pola pikir yang salah, dimana menyalahkan orang lain dianggap sebagai hal yang wajar dalam menghadapi masalah.

Untuk mengatasi penyakit mental akut ini, diperlukan usaha bersama dari berbagai pihak. Pendidikan karakter sejak dini harus diperkuat, dengan menanamkan nilai-nilai positif seperti rasa tanggung jawab, empati, dan kemampuan berpikir kritis. 

Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang berimbang dan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita negatif.

Kita juga perlu membangun budaya apresiasi dan dukungan. Menghargai setiap usaha dan pencapaian, sekecil apapun itu, adalah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih positif dan konstruktif. 

Dengan begitu, kita bisa berharap bahwa di masa depan, tragedi seperti Study Tour SMK Lingga tidak lagi menjadi ajang untuk saling menyalahkan, tetapi menjadi momen untuk bersama-sama mencari solusi dan memberikan dukungan.

Tragedi Study Tour SMK Lingga dan reaksi masyarakat terhadap prestasi Timnas Indonesia adalah cerminan dari masalah yang lebih dalam di masyarakat kita. 

Penyakit mental akut berupa sikap playing victim harus segera diatasi agar tidak semakin merusak tatanan sosial kita. Marilah kita bersama-sama mengubah pola pikir negatif ini menjadi energi positif yang mendukung kemajuan dan kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun