Mohon tunggu...
Mohamad AfrizalF
Mohamad AfrizalF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis

Menulis adalah kegiatan yang memerlukan inspirasi dan referensi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia, Alam dan Tuhan dalam Islam

15 Juli 2021   21:35 Diperbarui: 15 Juli 2021   21:53 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh sebab itu apapun yang dilakukan manusia kepada alam hendaknya berbanding dengan kesadaran bahwa manusia pada akhirnya akan kembali kepada Tuhannya untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan kepada diri dan kepada alam

Di alam semesta ini juga tidak hanya hidup sebatas manusia seperti yang dijelaskan diatas bahwasanya  ada makhluk mati atau abiotik seperti tumbuhan, tumbuhan hidup di hampir semua sudut alam karena tumbuhan itu sangat bermanfaat sekali bagi alam itu sendiri, karena tumbuhan memberikan kan ke stabilan ekosistem udara yang ada di alam atau di dunia ini.

Tuhan Semesta Alam

Berbicara tentang Tuhan di dalam agama Islam yang dimaksud Tuhan tiada lain dan tidak bukan adalah Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan maha penyayang, yang mempunyai hari kemudian, yang kepadanya semua makhluk menyembah dan meminta pertolongan.

Islam meletakkan konsep Ketuhanan dalam monoteisme murni tanpa reserve. Dia adalah zat yang penting dan dipentingkan dalam kehidupan manusia sehingga manusia dengan sukarela meletakkan semua ketentuan hidupnya hanya kepadanya. Bukan sebatas meyakini tentang penyerahan secara total saja tetapi Islam mengajarkan juga bahwa Tuhan itu adalah Yang maha kekal, kemanapun manusia menghadap sebenarnya ia telah menuju Tuhannya, tiada apa pun serupa dengan dia, tiada berawal tiada berakhir, dan yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang Maha Mandiri dengan ketunggalan dan dia juga yang memberi apa yang dibutuhkan manusia dengan satu tujuan, agar manusia selama hidupnya di dunia dan di akhirat.

Mengenai eksistensi manusia dihadapan Allah SWT tidak lebih dari Setetes Air yang dipancarkan yang kemudian menjadi segumpal darah dan selanjutnya dibalut oleh daging dan tulang lalu ditiupkan ke dalamnya ruh serta ditanamkan di dalam dirinya potensi-potensi ilahiyah dan insaniyah.

Jadi manusia wajib memahami bahwa dunia hanya sebuah mimpi dan jembatan menuju kehidupan abadi. karena hanya mimpi, manusia hendaknya membawa dirinya tetap berada di samping Tuhan dan membutuhkannya sepanjang manusia hidup. Perasaan Maha Kecil dihadapan Allah inilah yang mengharuskan dirinya selalu bersifat rendah hati, menjaga diri, mementingkan kehidupan akhirat daripada dunia, dan seterusnya. Dia Memandang dunia panggung sandiwara yang wajib dimainkan oleh setiap individu menuju kehidupan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun