Pemikiran tentang Manusia
Membicarakan manusia berarti kita sedang membicarakan makhluk paling misterius, karena tidak pernah habis dan tuntas dibicarakan Sampai detik ini. Karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya.
Kemisteriusan manusia di alam semesta bahwa manusia bukanlah problem yang akan habis dipecahkan, melainkan misteri yang tidak mungkin disebutkan sifat dan cirinya secara tuntas dan karena itu harus dipahami dan dihayati. Ia berbeda dari makhluk hidup lainnya, disamping mempunyai akal dan nafsu manusia dilengkapi dengan ruh yang tidak bisa ditembus oleh ilmu pengetahuan apapun.
Menurut pandangan Islam manusia sebagai makhluk Allah SWT yang hakikatnya nya adalah perkaitan antara ruh dan jasad. Ia diciptakan dari saripati tanah yang merupakan gugusan dari alam semesta sedangkan alam adalah makhluk Allah juga. Dengan potensi potensi intelektual dalam diri manusia menjadikan manusia adalah makhluk Allah yang lebih unggul dari makhluk Allah yang lain, dengan kelebihannya Maka manusia mampu berkreasi dan berinovasi melalui Cipta, karsa, dan rasanya.
Kelebihan yang ada dalam diri manusia menjadikan manusia lebih unggul tetapi bukan tanpa pertanggungjawaban karena manusia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan atau ingin melakukan sesuatu, maka dari itu manusia harus memikirkan terlebih dahulu Apa yang ingin dilakukannya.
Tidak hanya harus bertanggung jawab atas kelebihannya manusia juga dituntut untuk terus menggali dan mengembangkan potensi-potensi dalam dirinya yang sudah disembahyangkan Allah di dalam setiap diri serta mengkaji secara Intens dirinya sendiri dari semua aspeknya walau disadari ada kesulitan besar yang menyangkut aspek aspek internal yang abstrak dan misterius khususnya berkaitan dengan sesuatu yang psikis dan spiritual, seperti yang dikutip dari WE Hocking (to think about thinking).
Pandangan Islam tentang Alam
Seperti yang diketahui oleh kita alam adalah tempat manusia untuk hidup yang tepatnya adalah alam dunia. Karena Allah sudah mentakdirkan untuk hidup di dunia, didalamnya terdapat aneka makhluk hidup atau biotik dan makhluk mati atau abiotik keberadaannya di atas muka bumi sangatlah berbeda dengan adanya air di dalam gelas. Kehadirannya di dunia tidak bisa dilepaskan dari ketergantungan dirinya dengan alam itu sendiri artinya eksistensi alam semesta dan manusia itu sendiri saling terkait satu sama lain
Alam juga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan sengaja dihadirkan untuk manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan. Alam menjadi media untuk dipelajari, dieksplorasi, dan dijadikan i'tibar dalam melihat konsep diri dihadapan Tuhan semesta alam yaitu Allah SWT.
Alam diciptakan untuk menjadi sarana bagi manusia tapi manusia bukan untuk menundukan alam atau merusaknya sebagaimana adanya hubungan mutualistik antara keduanya yang memungkinkan lahir kerjasama dan ketergantungan satu dengan yang lainnya karena manusia membutuhkan alam untuk tetap hidup dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari sedangkan alam membutuhkan manusia untuk menjaga dan melestarikan alam.
Karena itu kedudukan manusia di depan alam adalah sebagai pemanfaat dan menjaga kelestarian alam sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari Tuhan, sebagai Khilafah di muka bumi, sebagai makhluk yang paling tinggi dan paling mulia, sebagai hamba Allah, sebagai makhluk yang bertanggung jawab dan dan sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik
Oleh sebab itu apapun yang dilakukan manusia kepada alam hendaknya berbanding dengan kesadaran bahwa manusia pada akhirnya akan kembali kepada Tuhannya untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan kepada diri dan kepada alam
Di alam semesta ini juga tidak hanya hidup sebatas manusia seperti yang dijelaskan diatas bahwasanya  ada makhluk mati atau abiotik seperti tumbuhan, tumbuhan hidup di hampir semua sudut alam karena tumbuhan itu sangat bermanfaat sekali bagi alam itu sendiri, karena tumbuhan memberikan kan ke stabilan ekosistem udara yang ada di alam atau di dunia ini.
Tuhan Semesta Alam
Berbicara tentang Tuhan di dalam agama Islam yang dimaksud Tuhan tiada lain dan tidak bukan adalah Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan maha penyayang, yang mempunyai hari kemudian, yang kepadanya semua makhluk menyembah dan meminta pertolongan.
Islam meletakkan konsep Ketuhanan dalam monoteisme murni tanpa reserve. Dia adalah zat yang penting dan dipentingkan dalam kehidupan manusia sehingga manusia dengan sukarela meletakkan semua ketentuan hidupnya hanya kepadanya. Bukan sebatas meyakini tentang penyerahan secara total saja tetapi Islam mengajarkan juga bahwa Tuhan itu adalah Yang maha kekal, kemanapun manusia menghadap sebenarnya ia telah menuju Tuhannya, tiada apa pun serupa dengan dia, tiada berawal tiada berakhir, dan yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang Maha Mandiri dengan ketunggalan dan dia juga yang memberi apa yang dibutuhkan manusia dengan satu tujuan, agar manusia selama hidupnya di dunia dan di akhirat.
Mengenai eksistensi manusia dihadapan Allah SWT tidak lebih dari Setetes Air yang dipancarkan yang kemudian menjadi segumpal darah dan selanjutnya dibalut oleh daging dan tulang lalu ditiupkan ke dalamnya ruh serta ditanamkan di dalam dirinya potensi-potensi ilahiyah dan insaniyah.
Jadi manusia wajib memahami bahwa dunia hanya sebuah mimpi dan jembatan menuju kehidupan abadi. karena hanya mimpi, manusia hendaknya membawa dirinya tetap berada di samping Tuhan dan membutuhkannya sepanjang manusia hidup. Perasaan Maha Kecil dihadapan Allah inilah yang mengharuskan dirinya selalu bersifat rendah hati, menjaga diri, mementingkan kehidupan akhirat daripada dunia, dan seterusnya. Dia Memandang dunia panggung sandiwara yang wajib dimainkan oleh setiap individu menuju kehidupan yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H