Sementara itu, Raditya dan Arka pergi ke beberapa rumah tetangga untuk membagikan hasil panen dari taman belakang. Mereka membawa tomat, cabai, dan sayur bayam yang segar.
"Terima kasih, Nak," ujar seorang nenek yang tinggal sendiri. "Sayuran ini sangat membantu. Semoga keluarga kalian selalu diberkati."
Raditya hanya tersenyum sambil mengangguk. "Semua ini hasil kerja keras keluarga kami, Nek. Kalau butuh apa-apa, bilang saja."
Kejutan dari Warga Desa
Di tengah kesibukan berbagi, keluarga Pak Rendra tidak menyangka bahwa warga desa ternyata telah menyiapkan sesuatu untuk mereka. Saat sore tiba, tetangga-tetangga berdatangan ke rumah Pak Rendra sambil membawa hidangan kecil.
Pak Lurah menjadi wakil yang berbicara. "Kami tahu bahwa keluarga Pak Rendra adalah anugerah bagi desa ini. Jadi, kami ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih."
Pak Rendra dan Bu Amara saling pandang dengan penuh rasa haru. Warga desa ternyata telah membuat papan nama sederhana dari kayu bertuliskan "Rumah Cahaya" untuk mereka.
"Rumah ini menjadi cahaya bagi kami, tempat berbagi ilmu dan kebahagiaan. Kami harap nama ini membawa keberkahan," kata Pak Sarman sambil menyerahkan papan nama itu.
Kebersamaan yang Tak Terlupakan
Malam itu, halaman rumah keluarga Pak Rendra kembali dipenuhi tawa dan kebahagiaan. Semua duduk bersama, berbagi cerita sambil menikmati hidangan yang dibawa oleh warga.
Anindya bermain angklung, diiringi oleh Raditya yang memetik gitar. Lagu-lagu sederhana yang mereka mainkan menciptakan suasana hangat di bawah langit berbintang. Anak-anak desa berlari-lari kecil di sekitar halaman, tertawa riang.