Mohon tunggu...
MOHAMAD SONI
MOHAMAD SONI Mohon Tunggu... Guru - guru

saya berprofesi sebagai guru, saya berusaha membuat sebuah literasi agar semua orang bisa melihat karya saya

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Part 4 - Doa yang Tak Pernah Putus

4 Januari 2025   06:23 Diperbarui: 4 Januari 2025   06:23 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah sedang memperbaiki atap rumah (sumber Pixabay)

Hari-hari terakhir proses pembangunan rumah impian keluarga Pak Rendra Cahya akhirnya tiba. Meski sederhana, rumah itu mulai menampakkan bentuknya. Fondasi telah kokoh, dinding kayu berdiri dengan rapi, dan atap yang terbuat dari genteng tanah liat dipasang dengan hati-hati oleh para pekerja yang dibantu oleh Arka dan Raditya.

Pagi itu, Pak Rendra berdiri di depan rumah yang hampir selesai, memandanginya dengan penuh rasa syukur. Bu Amara mendekatinya sambil membawa secangkir kopi. "Bagaimana, Pak? Sudah terlihat seperti rumah impian kita, kan?"

Pak Rendra tersenyum lembut. "Sudah lebih dari cukup. Rumah ini tidak hanya dibangun dengan tangan, tapi juga dengan doa, cinta, dan kebersamaan kita."

Hari-Hari Terakhir yang Sibuk

Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing untuk menyelesaikan tahap akhir pembangunan. Anindya Kirana, yang senang dengan hal-hal estetis, mulai membantu ibunya memilih warna cat.

"Bagaimana kalau kita pilih warna krem untuk dinding dalam, Bu? Lebih lembut dan nyaman," usul Anindya sambil memegang katalog warna. Amara setuju, dan bersama-sama mereka memilih warna yang menenangkan untuk setiap ruangan.

Di halaman, Tasya Aluna sibuk menanam benih bunga matahari yang sudah lama ia simpan. "Nanti bunganya akan tinggi dan cantik sekali," katanya dengan penuh antusias. Kiran, yang selalu mendukung ide-ide kreatif adiknya, membantu membuat pagar kecil di sekitar taman agar bunga Tasya tidak diinjak.

Sementara itu, Raditya Pratama dengan semangat mengangkat kursi dan meja kayu yang telah selesai dibuat oleh Pak Sarman, tukang kayu desa. "Ayo, Arka! Kita angkat ini ke ruang tamu," katanya. Meskipun lelah, Arka tidak pernah menolak permintaan adiknya.

Tantangan Terakhir

Namun, satu tantangan besar muncul di hari terakhir pembangunan. Angin kencang tiba-tiba bertiup, membuat atap yang baru saja dipasang bergeser. Beberapa genteng jatuh dan pecah.

"Pak, kita harus memperbaiki ini sebelum hujan turun," ujar Pak Sarman.

Tanpa menunda waktu, Pak Rendra dan Arka segera naik ke atap bersama beberapa warga desa. Raditya membantu dari bawah dengan memberikan genteng baru, sementara Bu Amara dan anak-anak lainnya berdoa di dalam hati, memohon agar mereka diberi kelancaran.

Ketegangan itu berubah menjadi kelegaan saat atap berhasil diperbaiki. Pak Rendra turun dari tangga sambil menghela napas panjang. "Terima kasih, Tuhan. Ini semua berkat doa kita yang tidak pernah terputus," ujarnya sambil tersenyum kepada keluarganya.

Malam Penuh Syukur

Malam itu, meskipun tubuh lelah, keluarga Pak Rendra berkumpul di ruang tengah rumah baru mereka yang masih berbau kayu segar. Amara membawa sepiring ubi rebus dan teh hangat untuk dinikmati bersama.

"Kita berhasil sampai di sini bukan karena kekuatan sendiri," kata Pak Rendra sambil memandang anak-anaknya. "Tapi karena cinta yang kalian berikan, kerja keras, dan doa-doa yang terus kita panjatkan."

Anindya menambahkan, "Rumah ini mungkin tidak besar, tapi aku merasa hangat di sini. Ini rumah yang penuh cinta."

Arka mengangguk setuju. "Dan ini baru awal. Rumah ini akan menjadi tempat kita memulai cerita-cerita baru."

Tasya yang sudah mengantuk bersandar pada ibu sambil berkata pelan, "Aku yakin bunga matahari di taman akan tumbuh besar, seperti cinta kita yang terus bertumbuh."

Awal Baru yang Indah

Beberapa hari kemudian, keluarga Pak Rendra mengadakan syukuran kecil bersama warga desa. Mereka mengundang semua orang yang telah membantu dalam proses pembangunan rumah. Doa bersama dipanjatkan, dipimpin oleh Pak Rendra sendiri.

"Semoga rumah ini menjadi tempat yang membawa keberkahan, cinta, dan kebahagiaan, tidak hanya untuk keluarga kami tapi juga untuk semua yang datang ke sini," ucap Pak Rendra dengan penuh harap.

Saat itu, keluarga Pak Rendra menyadari bahwa rumah impian mereka bukan hanya sebuah bangunan, tetapi simbol perjuangan, cinta, dan doa yang tak pernah terputus. Tantangan yang mereka lalui justru membuat mereka semakin erat dan kuat sebagai keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun