Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pilpres 2024, Isu Pendidikan sebagai Pemanis atau Prioritas?

18 Desember 2023   08:49 Diperbarui: 18 Desember 2023   18:45 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan, guys, dulu pernah jadi gosip paling hot di negeri ini. Waktu zaman pergerakan, semua orang lagi ributin isu pendidikan. Nah, di tengah perdebatan itu, ada polemik seru, nih. Apa yang lebih penting, merdeka dulu atau belajar dulu?

Soekarno, yang terkenal banget karena sikapnya yang radikal, milih yang pertama. Buat dia, merdeka itu lebih penting daripada berusaha nyari solusi buat mencerdaskan rakyat. Makanya, strategi politiknya itu berfokus pada mobilisasi massa.

Menurut Soekarno, merdeka itu kayak jembatan emas gitu. Setelah Indonesia bebas, baru deh bisa serius mikirin gimana caranya mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur. Terutama, dalam hal mencerdaskan bangsa.

Tapi, ide Sukarno ditentang keras sama Mohammad Hatta. Bagi Hatta, merdeka nggak bakal bisa nyampe kalo rakyatnya belum diberi pengetahuan yang cukup. Dia sempet nanya, kalau para pemimpin pergerakan ditangkap, sementara rakyat belum diajarin gimana jadi pemimpin, siapa yang bakal isi kekosongan itu?

Bagi Hatta, pendidikan rakyat harus jadi prioritas sebelum merdeka. Jadi, usaha untuk mengajar atau mendidik rakyat harus diperkuat. Dia sengaja bikin Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru buat ngeisi kekosongan kepemimpinan setelah Soekarno dipenjara.

Pertarungan gagasan antara Soekarno dan Hatta ini menarik, karena bikin isu pendidikan jadi pusat konflik. Ini nggak cuma buat isi wacana gerakan, tapi juga buat ngegandeng simpati rakyat dan dapet dukungan massa. Akhirnya, Soekarno yang sadar pentingnya pendidikan malah jadi guru dan sibuk nangani masalah pendidikan.

Eh, tapi sekarang gimana, ya? Capres-cawapres di Pemilu 2024 masih peduli sama isu pendidikan?

Lihat aja, guys, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, keliatannya lebih mikirin isu pendidikan sebagai pelengkap aja. Jelas banget, dari porsi yang mereka kasih, isu pendidikan dikit banget dibandingin ekonomi, hukum, politik, dan sosial.

Anis-Cak Imin, misalnya, tempatin isu pendidikan di posisi kelima dalam visi-misi mereka. Buat mewujudkan visi Indonesia Adil Makmur untuk Semua, mereka lebih fokusin isu sosial, ekonomi, hukum, dan ekologi daripada pendidikan. Kayaknya, isu pendidikan buat mereka cuma pelengkap aja, deh.

Tapi, beda lagi sama Ganjar-Mahfud, nih. Buat mereka, isu pendidikan jadi nomor satu dalam visi-misi. Ganjar-Mahfud punya visi Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari.

Ganjar-Mahfud ngeliat isu pendidikan sebagai sesuatu yang strategis banget. Mereka pengen meningkatkan kemajuan, kekuatan, dan daya saing lewat pendidikan. Tapi sayangnya, nggak ada penjelasan lebih lanjut tentang gimana sistem pendidikan yang mereka mau.

Nah, kalo Prabowo-Gibran, visi mereka keren banget. Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2024. Dalam turunan visi itu, mereka masukin isu pendidikan ke semua program mereka. 

Ada ide buat memperkuat pendidikan dan sains, bangun sekolah-sekolah unggul, dan naikin gaji guru dan dosen. Tapi, sayangnya, mereka nggak ngasih gambaran jelas tentang ideologi pendidikan yang mereka pegang.

Beneran, guys, sekarang situasinya kayak gini. Capres-cawapres di Pemilu 2024 lebih ke arah pemanis aja buat isu pendidikan. Padahal, seharusnya ini jadi prioritas buat dicarikan solusi. 

Pendidikan kita udah nggak cuma jadi bagian penciptaan peradaban yang maju, tapi malah terjerat dalam masalah yang berat banget.

Masalahnya ada di sumber daya manusia yang masih aja ada stunting, proses pendidikan yang penuh intrik dan kecurangan, sampe banyaknya sarjana yang terjerat kasus korupsi. 

Jadi, pendidikan yang seharusnya jadi investasi buat kesejahteraan rakyat, malah jadi formalitas doang buat dapet ijazah.

Ilmu pengetahuan yang seharusnya jadi kekuatan, malah direduksi sama pragmatisme politik yang nggak punya visi jangka panjang. Elit-elit terdidik lebih milih diiming-imingi kekuasaan buat melegalkan proyek-proyek anti ekologi, anti demokrasi, dan anti kemanusiaan. 

Akibatnya, pendidikan nggak lagi jadi sarana buat melepaskan jiwa rakyat, tapi cuma jadi pabrik kuli cerdas yang mau kerja dengan upah seadanya.

Jadi, sebenernya wajar aja kalo Pilpres 2024 jadi titik tolak buat ngerombak paradigma kebangsaan. Kalo masalah pendidikan belum diselesaikan, jangan berharap impian tentang keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan bakal jadi kenyataan. Kuncinya ada di para capres dan cawapres yang bener-bener pengen Indonesia maju, berdaya saing, sampe jadi negara besar. Mulailah dengan ngeresapi masalah pendidikan. Kalo pendidikan masih belepotan, jangan berharap mimpi itu bakal jadi kenyataan,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun