Bagi sebagian dari kalangan anak muda, menghadapi banyak problem dalam menjalin hubungan itu mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya, itu malah menjadi problem besar dalam hidupnya. Salah satunya kegagalan dalam menjalin hubungan atau memulai interaksi satu sama lain antar lawan jenis.Â
Remaja yang notabene memasuki masa pubertas, biasanya akan lebih cenderung mengalami yang namanya perubahan. Perubahan yang cukup besar (pacu tumbuh) pada tubuh mereka, mulai muncul ciri perubahan seks sekunder, terjadi fertilitas, dan perubahan mental (psikologis) serta kognitif, oleh karena itu biasanya mereka akan mulai membutuhkan yang namanya love language dan physical touch.
Love language adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 dalam sebuah buku yang berjudul The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate.Â
Buku tersebut ditulis oleh Gary Chapman dan membahas tentang prinsip komunikasi dalam sebuah hubungan. Secara garis besar, love language adalah cara bagaimana seseorang mengekspresikan cintanya kepada orang lain.Â
Hal ini pun bisa kamu aplikasikan ke berbagai jenis hubungan, baik itu hubungan romantis, keluarga, maupun pertemanan. Sedangkan Physical touch artinya adalah rasa cinta yang diekspresikan melalui sentuhan fisik. Bentuk physical touch antara lain adalah memegang tangan, memeluk, mencium, memberi pijatan ke pasangan, hingga berhubungan intim.
Kendati demikian, masih banyak remaja dan bahkan sampai usia terbilang dewasa masih belum pernah merasakan yang namanya hubungan percintaan. Sehingga itu bisa dibilang jomblo akut, ya lama ngejomblo karena disebabkan beberapa hal: salah satunya karena faktor terlalu pemilih, trauma mengenal cinta, susah percaya orang lain atau bahkan ia memang tidak tahu bagaimana menjalin hubungan percintaan.
Karena masih banyak yang merasa canggung ketika ngobrol dan selalu malu ketika ditatap oleh lawan jenis, susahnya menghadapi persoalan tersebut kadangkala membuat para jomblo jadi frustasi loh. Lalu, bagaimana solusinya? Tenang saja, setiap ada masalah pasti ada solusinya. Seperti persoalan jomblower yang sudah saya sebutkan diatas.
Masih ingat dengan sosok pengguna Twitter yang bernama morimoto? Ya peria asal Jepang tersebut sempat viral disosial media karena status yang ia bagikan di Twitter. Ia menceritakan tentang dirinya yang sedang mencari pekerjaan namun tidak kunjung menemukan pekerjaan yang cocok dengan dirinya.Â
Sebab, ia memang tidak memiliki kemampuan apapun. Hingga akhirnya memutuskan untuk membuka jasa menemani siapapun yang membutuhkan jasanya., mulai dari menemani makan, curhat, antri tiket dan lain sebagainya. Bermula dari jasa tersebut kini morimoto memiliki penghasilan yang cukup besar, dan tarifnya pun naik meningkat karena banyak yang butuh jasanya tersebut.
Tidak hanya disitu, warga Jepang mulai ramai akan jasa serupa yang menyediakan berbagai pilihan teman kencan. Sehingga itu malah dijadikan ladang bisnis baru bagi beberapa kalangan muda yang memang kalah dalam persaingan dunia kerja, akhirnya mereka lebih memilih masuk ke bidang layanan jasa. Lalu apa korelasinya dengan persoalan remaja diatas? Jadi gini, seperti yang kita tahu akhir-akhir ini.Â
Munculnya fenomena sewa pacar di Indonesia, yang hampir mirip dengan layanan jasa yang ada di jepang tersebut, seolah menjadi jawaban atas persoalan remaja yang saya paparkan di atas. Mengapa demikian?
Layanan sewa pacar yang ada di Indonesia saat ini kembali ramai diperbincangkan oleh warganet. Meskipun bisnis sewa pacar di Indonesia sendiri sudah marak sejak beberapa tahun lalu.Â
Banyak masyarakat yang membutuhkan pendamping 'bayaran' hanya untuk menghilangkan gengsi saat pertemuan keluarga atau sekedar datang ke nikahan teman namun tak ada pasangan. Jasa sewa pacar menjadi sebuah solusi dan prospek usaha serta menjadi bisnis baru yang hadir dalam kehidupan masyarakat.Â
Dari namanya, tentu kita sudah bisa menebak arah dari usaha ini, siapa target pasarnya, atau pun apa saja yang mereka tawarkan, salah satunya ya jomblower akut tadi ya. Kemunculannya di Indonesia dan negara lain menjadi sebuah tanda terjadinya adopsi budaya. Artinya, budaya yang ada dan dianggap lazim di negara lain kemudian diadopsi dan diadaptasi di Indonesia.
Ya meskipun pada akahirnya pasti banyak menuai pro kontra. Akan tetapi, paling tidak itu menjadi salah satu solusi bagi para jomblo yang memiliki persoalan tersendiri.Â
Kayaknya bakalan asik nyewa temen jalan/pacar "bertarif" dan yang pasti topik pembicaraan bakal nyambung dengan keinginan kita apalagi pas milih ceweknya juga bisa milih yang bisa sesuai dengan keinginan kita, karena ia akan berusaha dan pasti bakal denger cerita kita dan ocehan asik dan pastinya "profesional" sebagai temen/pacar dll.Â
Jadi, tidak perlu khawatir dan takut mengenal orang lain, sebab dengan adanya jasa sewa pacar tersebut kita bisa jadi tahu bagaimana cara menjadi pasangan yang sama-sama memiliki love langunge dan physical touch yang baik.
Salain itu, jasa sewa pacar menjadi peluang bisnis bagi para kaum muda yang kalah dalam dunia kerja. Industri jasa tersebut akhirnya bisa menjadi alternatif bagi mereka.Â
Sebab untuk saat ini tarifnya lumayan bervariatif dan hasilnya pun menjanjikan. Jika Penyewa bisa membayar sampai Rp300 ribu per tiga jam. Itu artinya ketika pacar sewaan bekerja 6 jam saja selama 30 hari, mereka akan meraup Rp18 juta per bulan.Â
Lumayan menjanjikan bukan? Sehingga kedepan bukan tidak mungkin akan semakin banyak yang menekuni bisnis tersebut. Salah satunya mungkin akan ada pengembangan dalam pelayanannya, seperti jasa sewa orang tua yang target pasarnya adalah seorang anak yang dari kecil udah yatim dan pengin merasakan kasih saying dari orang tua, punya ayah yang bisa melindungi dan mengayomi, kalau nangis bisa ngadu, kalau gatau bisa tanya, kalau salah bisa di ingetin papah/mama sewaan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H