Dahagaku kembali tersulut
Nasi bungkus ada dimana-mana
Entah yang terbungkus oleh kertas minyak
Ataupun sekedar kertas kotak
Atau juga yang terbungkus dengan ciamik
Dibalut brand-brand makanan cepat saji
Akhirnya aku pun mengerti
Yang salah sebenarnya pada kata "bungkus" pada nasi bungkus, seharusnya nasi "kertas minyak"
Itulah yang membikin derajatnya rendah
Dan ku garis bawahi,
Ini hanya berlaku jika diberi
Sejatinya, si kaya dan si miskin sama-sama menggemari nasi bungkus
Bergantung pada nilai prestise yang dilekatkan
Lantas, bagaimana dengan kasus pemuda polos nan lugu di cafe? Ia barangkali bisa saja membelinya.
Entahlah, ini sangatlah rumit dan mencakup banyak perspektif.
Surabaya, 5 Desember 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H