Demokrasi bukanlah hanya sebagai demokrasi  prosudural,  akan  tetapi  lebih  dari pada   itu,   demokrasi   hendaknya   dipahami sebagai  sebuah  proses  pendidikan  yang  bersifat alami,  memerlukan  komitmen,  konsistensi  dan kesungguhan   untuk   membangun   demokrasi yang sehat yang lebih berefek kepada kesejahteraan sosial, dalam arti yang luas.Namun  penerapan   demokrasi  di  Indonesia (dari  beberapa  hasil  riset) menunjukkan  bahwa demokrasi   yang  ada  melalui  kebijakan  otonomi daerah,  kebabasan  pers,  meningkatnya  peran parlemen,   pemilu   yang   bebas   aktif,   dan pemilihan  presiden  dan  wakil  presiden  dan pemimpin   daerah   (propinsi,   Kabupatrn   dan Kota)  secara  langsung   belum  memiliki   dampak  yang  terlihat  jelas  bagi  masyarakat.  Tingginya angka penduduk miskin, pengangguran, rendahnya   taraf   pendidikan   dan   kesehatan merupakan cerminannya. Kemorosotan karakter bangsa dan maraknya korupsi diseluruh wilayah nusantara membuat Jokowi (diawal pemerintahannya)  meneriakkan revolusi mental dalam   mengubah   Indonesia.   Demikian   juga dengan maraknya pornografi, kekerasan diberbagai elemen, narkoba, pemerkosaan, konsumtif,  melemahnya  nasionalisme  dan  lain sebagainya, Â
Indonesia,   bukan   karena   globalisasi   lalu memilih demokrasi, sejak kemerdekaan Indonesia  menjatuhkan  pilihannya  pada  negara demokrasi dalam berbagai versinya, dan mengamanatkan kepada   negaranya sebagai negara  kesejahteraan  yang  benar-benar  negara bekerja  untuk  kesejahteraan  sosial  rakyatnya (lihat  Pembukaan  UUD  1945  dan  beberapa  pasal yang  mengurainya).  Sayangnya  perjalanan  selalu tidak  sesuai  dengan  cita-cita.  Reformasi  menjadi awal kebangkitan kembali untuk memperjuangan demokrasi.Â
Demokrasi  adalah  sebuah  langkah perjuangan,  dengan  berbagai  strategi  yang  harus dibuat,  duduk  bersama-sama  memadukan  visi mambangun komitmen,agar demokrasi mendapatkan  formula  yang  benar,  agar   bangsa yang  besar  ini  tak  salah  langkah.  Demokrasi bukanlah perjalan pintas atau instan, akan tetapi perjalanan  yang  panjang  yang  harus  dilalui dengan  berbagai  dinamika,    kesabaran  dan saling  mendukung,dan  bukan saling  memerangi antara   satu   dengan   yang   lain.  Â
Mebutuhkan komitmen kuat dan serius oleh semua pihak. Ketika   demokrasi   sebagai   pilihan,   maka penguatan terhadap kelembagaan harus menjadi keharusan.   Karena   hanya   pada   penguatan kelembagaan  yang  fokus  pada  demokrasi,  yang dapat  melakukan  pendampingan  secara  terus-menerus tanpa henti, dengan berbagai strateginya  untuk  mencapai  demokrasi    yang diinginkan. Demokrasi bukan hanya slogan, akan tetapi menjadi fakta sebagai jalan menuju kearah kesejahteraan sosial,  agar  negara  kesejahteraan benar-benar  dapat  tepat  sasaran,  dan  mencapai tujuan yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H