Keduanya berhasil keluar dari kapal Cantika 77. Tapi hanya Tesa yang memakai pelampung. Sementara ibunya. Reni Bait hanya bisa mengapung. Sambil bergelantungan di pelampung. Yang dikenakan Tesa.
Setelah terombang-ambing selama 5 jam di lautan. Reni tak kuat lagi. Tangan dan kakinya lemas. Hingga akhirnya ia tenggelam. Reni sebetunya bisa selamat. Tapi ia memilih memakai pelampung satu-satunya ke anak perempuannya. Buah hatinya. Dan rela meski harus kehilangan nyawa.
"Waktu saya dan mama. Sudah di laut. Mama menangis. Saya pakai pelampung. Mama tidak pakai. Tapi mama pegang di pelampung saya. Habis 5 jam-an. Terlepas dari pelampug." Cerita Tesa sebagaimana dikutip dari Vicotory News-salah satu media online di NTT. "Saya lihat mama tenggelam," tambahnya haru.
Masih segar diingatan Tesa apa yang disampaikan mamahnya sebelum mereka berpisah. Sang mama meminta tesa untuk memperbaiki makam sang kakek. Yang ada di Desa Nunbaun. Kecamatan Fatuleu Tengah. Kabupaten Kupang. "Mama bilang di saya. Harus perbaiki Ba'i punya kubur. Di kampung." Ceritanya.
Kini Tesa tak punya ibu lagi. Ibunya tenggelam di laut. Usai kapal Cantika 77 terbakar. Hanya ada sang nenek-Apvia Baitafui yang merawatnya. (moerni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H