Setelah bisa mengendalikan diri ia kembali ke Makassar. Saat itu TNI tengah berupaya menumpas pemberontokan Andi Aziz-Kahar Muzakar. Itu sekitar 1950. Saat itu, tentara kekurangan pangan. Banyak pedagang tak mau ambil resiko jadi pemasok. Takut tak dibayar.
Tapi Eka punya logika lain. Akal cerdiknya berbicara bahwa ini adalah TNI. Tentaranya negara. Walaupun negaranya masih baru-pasti punya uang kan. Ia pun memberanikan diri menjadi pemasok. Meski tak punya uang saat itu.
Ia kemudian mendatangi perusahaan dagang negara peninggalan Belanda. Dengan modal kepercayaan ia meminta dihutangi barang. Dengan jarak pembayaran dua minggu kemudian. Sesuai yang dijanjikan TNI di awal.
Barangpun didapat. Langsung dikirim ke TNI. Dua minggu berselang tak ada kabar pembayaran. Satu bulan berikutnya-sama-tak ada pembayaran. 90 hari berikutnya pun sama. Tak ada pembayaran.
Eka malu bukan kepalang. Tak bisa membayar kepercayaan. Dengan rendah hati ia datang menghadap. Menceritakan kondisi yang terjadi di lapangan. Menceritakan semua buka-bukaan.
Untungnya, setelah dua bulan tagihan akhirnya cair. Banyak sekali. Karena semua tagihan dibayar sekaligus, lunas. Ia punya banyak uang lagi. Kaya lagi. Plus...utang lunas.
Dari situlah Eka akrab dengan tentara. Saking akrabnya ia bisa numpang kapal tentara dan mengisinya dengan kopra.
Ia memanfaatkan kapal tentara untuk menggangkut kopra yang banyak di Manado. Di beli dengan harga murah. Dan dijual mahal di Makassar. Ia berubah jadi pedagang Kopra. Bahkan sempat dijuluki sebagai raja Kopra.
Belum lama menikmati kesuksesan, pecah pemberontakan PRRI-Permesta. Perang terjadi lagi. Keadaan kacau lagi. Ekonomi hancur lagi. Eka menyelamarkan diri. Pergi ke Surabaya dengan kapal sewaan. Kapal yang disewa untuk mengangkut 3 ton kopra. Ia pergi ke Surabaya-sementara kopra ditinggal begitu saja.
Eka pun bangkrut lagi. Untuk kali keempat. Meninggalkan hutang Rp 1 juta. Dan kali ini, ia tampak benar-benar kapok. Saking kapoknya tak mau kembali ke Makassar. Dan memilih tinggal di Surabaya. Tinggal di kamar 2x3 meter menumpang di rumah temannya.
Untuk melunasi hutang Eka menjual semua asset. Prinsipnya-kepercayaan nomor satu. Karena itu ia lebih memilih menjual rumah tiga tingkat dan asset lainnya. Demi membayar hutang dan menjaga kepercayaan.