Lagu "Garam dan Madu" karya Tenxi, Naykilla, dan Jemsii merupakan salah satu karya musik yang tidak hanya menarik dari segi melodi, tetapi juga memiliki kedalaman makna yang tersimpan dalam liriknya. Penggunaan bahasa dalam lagu ini mencerminkan perpaduan antara kepekaan artistik dan kemampuan menyampaikan pesan emosional yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana bahasa digunakan untuk mengekspresikan tema, emosi, dan karakter unik lagu tersebut.
1. Pemilihan Diksi yang Puitis dan Simbolis
Salah satu kekuatan utama dalam lagu ini adalah penggunaan diksi yang puitis. Judul "Garam dan Madu" sendiri sudah memberikan gambaran metaforis tentang dualitas hidup, yaitu pahit dan manis. Garam melambangkan rasa sakit, perjuangan, dan tantangan, sedangkan madu mencerminkan kebahagiaan, cinta, dan penghiburan. Dalam liriknya, penulis lagu berhasil menghadirkan keseimbangan antara dua elemen ini untuk menggambarkan dinamika hubungan manusia yang kompleks.
Sebagai contoh, frasa seperti "di antara pahitnya luka" dan "manisnya senyumanmu yang menyembuhkan" menunjukkan kontradiksi yang harmoni, menciptakan kesan mendalam dan mendorong pendengar untuk merenungkan makna kehidupan.
2. Penggunaan Bahasa Slang dan Kontemporer
Lagu ini juga menggabungkan unsur bahasa slang atau gaul yang mencerminkan budaya anak muda saat ini. Penggunaan bahasa sehari-hari membuat lagu ini terasa dekat dan relevan dengan pendengarnya, khususnya generasi muda. Kata-kata seperti "lo," "gue," dan ungkapan-ungkapan kasual lainnya membantu menciptakan nuansa santai tanpa mengurangi bobot emosional lagu.
3. Pengaruh Bahasa Lain
Selain bahasa Indonesia, lagu ini juga mengadopsi beberapa kata atau frasa dari bahasa Inggris. Misalnya, frasa seperti "broken inside" atau "stay strong" sering muncul sebagai cara untuk menekankan perasaan tertentu. Campuran ini mencerminkan fenomena globalisasi budaya musik, di mana seniman lokal tidak ragu untuk memanfaatkan elemen-elemen dari bahasa asing guna memperluas daya tarik lagu mereka.
4. Ritme dan Aliterasi dalam Lirik
Ritme dalam lirik "Garam dan Madu" tidak hanya dipengaruhi oleh melodi, tetapi juga oleh pilihan kata dan struktur kalimat. Penulis lirik menggunakan aliterasi dan rima internal untuk menciptakan harmoni yang mendukung alunan musik. Sebagai contoh:
"Luka lama lambat laun lenyap, lembut manismu menghapus gelap."
Penggunaan aliterasi pada huruf "L" menciptakan kesan ritmis yang mendalam dan memikat.
5. Ekspresi Emosi Melalui Bahasa
Bahasa dalam lagu ini berhasil menyampaikan berbagai emosi, mulai dari kesedihan, kerinduan, hingga harapan. Liriknya dirancang untuk menyentuh sisi emosional pendengar. Frasa seperti "di setiap tetes air mata, ada cerita yang tak terucap" mengandung kekuatan emosional yang membuat pendengar merasa terhubung secara personal dengan cerita yang disampaikan.
6. Relevansi Sosial dan Personal
Lagu "Garam dan Madu" tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai refleksi sosial. Tema tentang perjuangan dan kebahagiaan yang beriringan dapat diterjemahkan ke dalam berbagai situasi hidup, seperti hubungan percintaan, persahabatan, atau bahkan perjuangan individu melawan tantangan hidup.
Penggunaan bahasa dalam lagu "Garam dan Madu" oleh Tenxi, Naykilla, dan Jemsii adalah salah satu elemen yang membuatnya begitu menonjol. Diksi yang puitis, perpaduan slang dan bahasa formal, serta kemampuan menyampaikan emosi secara mendalam menjadikan lagu ini karya yang tidak hanya enak didengar tetapi juga kaya makna. Lagu ini membuktikan bahwa musik adalah medium yang kuat untuk menyampaikan pesan, menggugah perasaan, dan menciptakan hubungan yang intim antara seniman dan pendengarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI