Ternyata, sudah banyak ulasan tentang sandal hilang di masjid. Salah satunya oleh rekan kita di laman ini: Â https://mojok.co/riy/liputan/susul/sandal-hilang-di-masjid-dan-pembelaan-yang-mengambilnya/. Tulisan ini mengulas isu sandal hilang di masjid dari sudut pandang pelaku. Kita akan menjadi paham, bahwa kasus sandal hilang itu seperti lingkaran setan. Tidak ada ujungnya jika tidak ada yang memutusnya. Hanya sikap ridho, lilo legowo sandalnya diambil orang lain dengan tidak mengambil sandal lainnya sebagai gantinyalah yang akan menghentikan circle curandal (pencurian sandal) itu.
Oh iya, jika ingin mengkaji kasus sandal hilang di masjid dari sudut pandang tasawuf, silahkan baca di https://news.detik.com/kolom/d-4412214/orang-saleh-dan-sandalnya. Kita akan lebih malu lagi dibuatnya.
Kembali pada kasus sandal saya tadi. (lho kok dibahas lagi, berarti belum ridho?).
Bukan. Saya hanya ingin menceritakan tentang sandal saya.
Sandal saya yang hilang tadi warnanya coklat, salah satu sandal terbaik saya. Memang sudah menjadi kebiasaan saya, selalu memakai yang terbaik ketika ke masjid. Sarung paling baik dan bersih, baju bersih dan wangi, putih kalau perlu, pakai peci yang bagus yang tidak "blutuk" (saya lebih sering pakai peci putih). Bukan untuk pamer, tapi itu semua saya niati bagian dari tahadduts binni'mah; menyampaikan atau menampakkan nikmat Allah SWT. Kita ke mall atau ke kondangan saja selalu tampil necis, masa ke masjid tampil ala kadarnya?. Begitulah kura-kura.
Oh iya, sandal saya ukuran 42, beli pas ada diskonan sebelum Lebaran tahun lalu kalau tak salah. Saya sebenarnya berharap masih berjodoh dengan sandal itu. Semoga orang yang mengambilnya tersadar, dan mengembalikannya saat Subuh nanti.
Kita lihat saja nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H