Arah yang empat tersebut jika gradian azimut didefinisikan per 90 derajat. akan tetapi jika didefiniskan per 45 derajat maka terdapat 8 arah (barat, barat laut, utara, timur laut, timur, tenggara, selatan dan barat daya). Dan kalau didefinisikan per 1 derajat maka akan ada 360 arah. Kalau didefinisikan per 1 menit derajat maka ada 21600 arah, dan seterusnya.
Arah Qiblat
Posisi ka’bah berdasarkan GPS adalah: 21° 25' 25" lintang utara, 39° 49' 39" bujur timur.
Berikut adalah peta arah kiblat secara global diambil dari program Accurate Times
Untuk membaca gambar diatas, misalnya arah kiblat Indonesia serta daerah daerah yang berasir biru tua maka arah kiblatnya berada di rentang 280°-300° derajat
Yang unik dari gambar Arah Qiblat diatas : Pada saat kita berada di titik balik ka'bah (antipodal) yakni koordinat 21° 25' 21,035" Lintang Selatan 140° 10' 25,714" Bujur Barat, kemanapun kita memandang akan menghadap ke ka'bah. Kalau misalnya di tempat tersebut dibangun sebuah masjid maka tidak lagi diperlukan mihrob karena semua arah dimasjid tersebut menghadap ke ka'bah dengan jarak yang sama dari ka'bah. Lokasi antipodal ka'bah tersebut berada di kepulauan Tuamotu 50 km sebelah timur pulau Tematagi tepat diatas lautan dengan kedalaman yang sangat dalam, jadi tidak mungkin untuk dibangun sebuah masjid di lokasi tersebut.
Arah Kiblat Mengikuti Orthodrom dan Bukan Loxodrom
Melihat illustrasi arah kiblat dunia di gambar 3 tentu akan timbul pertanyaan : Mengapa arah kiblat di Tokyo Jepang hampir sama dengan arah kiblat di Surabaya Indonesia?, padahal posisi kota Tokyo adalah 35° 45' LU sedangkan ka’bah 21° 25' 25” LU artinya 14° derajat lebih Utara dari posisi Ka’bah sedangkan Surabaya terletak di lintang selatan, 28° derajat lebih selatan dari Ka’bah.
Jika kita perhatikan arah Kiblat di Jepang dan di Indonesia pada gambar 3, maka bisa dikatakan berada di garis contour yang hampir sama. Arah kiblat dari Surabaya (112° 45' BT : 7° 15' LS) adalah 294° 01' 56” sedang Tokyo (139° 21' BT : 35° 45' LU) arah kiblatnya 292° 49' 31”. Arah kiblat kedua kota tersebut sama-sama ke arah Barat serong ke Utara kurang lebih berkisar 23 sd 25 derajat. Mengapa demikian? Karena arah kiblat mengikuti jarak terdekat yang paling mungkin untuk di lalui menuju ke Ka’bah. Jarak terdekat ini direpresentasikan dengan lingkaran besar (great circle) atau geodetic line. Garis ini sering disebut juga dengan Orthodrom
Untuk menuju ke suatu tempat di permukaan bumi bisa dilalui dengan dua garis/jalur, Orthodrom dan Loxodrom. Dua jenis garis ini sama-sama dapat mengantarkan seseorang dari posisinya menuju Mekah melalui lintasannya. Orthodrom mempunyai keuntungan bahwa lintasan yang dilalui adalah jarak terdekat, sedangkan loxodrom mempunyai keuntungan disepanjangnya lintasannya mempunyai arah yang konstan. Seperti diketahui, konsep arah adalah suatu konsep yang relatif. Apabila Kabah, dalam penggambaran Bumi ditempatkan sebagai kutub Utara, maka setiap titik akan mengarah ke Kabah dengan arah konstan ke arah Utara. Dengan demikian, orthodrom dapat berlaku sekaligus sebagai loxodrom tatkala Ka’bah berada di anggap sebagai kutub Utara.