Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kupiah Meukeutop ala Teuku Umar Menghiasi Adat Perkawinan Aceh

9 September 2020   14:29 Diperbarui: 10 September 2020   14:30 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adat Perkawinan Aceh, Pria Menggunakan Kupiah Meukeutop Ala Teuku Umar, dan Wanita Menggunakan Mahkota yang disebut Patham Dhoe (Koleksi Pribadi)

Biasanya sirih diletakan dalam puan (cerana), didekat pintu masuk para tetamu undangan, ada kalanya sambil masuk langsung disungguhkan sirih tersebut. Ataupun setelah makan para tamu akan mengunyah sirih sambil santai dengan salah satu pihak keluarga tuan rumah.

Keberadaan ranup lampuan pada upacara perkawninan sangatlah penting, sebagai lambang kemuliaan. Sebagaimana pepatah Aceh mengatakan "Mulia jame ranup lampuan, Mulia wareh mameh suara" yang berarti memuliakan tamu dengan menyuguhkan sirih dalam cerana, memuliakan sahabat/teman dengan tutur bahasa yang lembut dan ramah tamah.

Peusijuk dalam Upacara Perkawinan

Peralatan Peusijuk Saat Tueng Dara Baro/ngunduh mantu (Koleksi Pribadi)
Peralatan Peusijuk Saat Tueng Dara Baro/ngunduh mantu (Koleksi Pribadi)
Saat menerima linto baro maupun dara baro, maka akan disambut dengan sebuah adat yang disebut dengan Peusijuk. Dalam istilah lain disebut dengan tepung tawar, sebuah adat yang masih melekat dikalangan masayarakat Aceh, dari dahulu kala hingga saat ini.

Prosesi ini dilakukan oleh orang tua kedua pihak mempelai, didampingi oleh ustaz dan tokoh masyarakat yang dituakan dalam kampung tersebut. Ada beberapa materi yang digunakan seperti, daun, bunga, beras dan padi sebanyak kurang lebih satu genggam, tepung tawar, ketan, dll.

Dilakukan dengan cara memercikan air yang dihempaskan dari dedaunan dan bunga yang telah diikat. Kemudian menyuntingkan ketan di salah satu telinga, biasanya telinga yang kanan, terakir di beri sejumlah uang oleh setiap orang yang melakukan pesijuk, sembari memanjatkan doa kepada Allah.   

Agar kiranya kedua mampelai diberikan keberkahan olehNYa, tentram dalam rumah tangga, serta segera memiliki anak sebagai penyambung sejarah. Kalau sudah di tepung tawari, itu berarti sudah melengkapi serangkain prosesi dalam tahapan adat istiadat perkawinan masyarakat Aceh.

Adat peusijuk masih sangat kental di Aceh, karena ritual tersebut dilakukan pada beberapa peristiwa penting lainnya. Seperti pada saat usia kandungan telah memasuki tujuh bulan, turun tanah anak, memulai turun kesawah, mendiami rumah baru, dll.

Begitulah peringan hitam memori saya, merekam peristiwa penting itu, sebagai orang Aceh saya merasa bangga denga adat istiadat dan budayanya masih bersandar atas nilai-nilai Islam. Begitulah cara masyarakat Aceh dalam mengespresikan rasa syukurnya, selalu ingat kepada Rabbi atas segala limpahan nikmat dan rahmatNya. Amin.

Banda Aceh, 09 September 2020

Moehib Aifa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun