Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gairah Politik Megawati di Usia 74 Tahun

29 Agustus 2020   15:41 Diperbarui: 29 Agustus 2020   16:03 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto (tribunnews.com)

Beberapa tahun lalu, saya melihat sambutan Megawati untuk kemenagan Jokowi pada priode pertama di salah satu stasiun TV. Dengan begitu bersemangat dan punuh bergairah ia mengatakan,: "Hari ini kita menjadi pemenang, setelah 10 tahun berpuasa"  

Kata-kata tersebut singkat, tapi kita tahu kemana arahnya. Memang dalam pidato tersebut masih suasana bulan puasa. Tapi makna dari 10 tahun berpuasa adalah sikap partainya yang beroposisi selama 10 tahun, semasa pemerintahan Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) memimpin.

Megawati, mungkin sedikit mirip dengan bapaknya. Kiprah politiknya tidak bisa dibendung. Dia selalu berfikir dan melakukan daya upaya untuk memenangkan suara partainya dalam setiap ajang kontestan pemilihan umum. Tanpa kecuali untuk Pilkada mendatang, ia ikut turun langsung tepatnya kemaren (28/09/20200). Megawati telah memberikan pengarahannya untuk calon kepada daerah dari PDI-P.

Pada kesempatan itu, dirinya berbicara panjang lebar tentang politik, dan pengalamannya dalam membesarkan partai berlambang kepala banteng tersebut. Didepan 129 calon Kepala Daerah, ia menceritakan tentang semangat perjuangan Bung Karno yang selalu berpihak pada rakyat. Setiap kepala daerah harus memiliki sikap seperti Bung Karno.

Sebagaimana diketahui, meskipun di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia masih begitu bersemangat dalam berpolitik. Dibawah kepemimpinanya telah membuat partai PDI-P menjadi partai besar.

Untuk pemilihan kepala daerah mendatang, ia tidak mau melewatkan kesempatan itu. Dengan semangat yang ber api-api, dirinya masih sangat telaten dalam menggembleng calon kepala daerah dibawah asuhan partainya.

 Pengarahan Kepada Calon Kepala Daerah

Saat berbicara secara daring di depan 129 calon kepala daerah, Ia tidak hanya berbicara sebagai ketua umum partai, tapi dirinya juga berbicara dalam kapasitas sebagai dewan pengarah Badan Pembina Ideologi Panca Sila (BPIP). Megawati menyinggung tentang nilai-nilai Pancasila yang sudah mulai pudar dikalangan masyarakat Indonesia.

Seperti yang dikutib dari laman news.detik.com,:"Kita sering melupakan sebuah mutiara atau permata yang namanya Pancasila sepertinya hanya dijadikan hiasan di awang-awang di dalam konstitusi, ada di dalam pembukaan saja," tuturnya.

Hendaknya Pancasila jangan hanya diucapkandalam seremonial dalam pembukaan acara kenegaraan saja, tapi juga harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Memudarnya penerapan sikap yang bersandarpada nilai-nilai Pancasila, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Megawati meminta calon kepala daerah yang di usung oleh PDI-P, agar menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Mega mengatakan, semua kepala derah yang direkomendasikan olehnya 100 persen baik. Kurang lebih seperti Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, yang bekerja dengan baik, tanpa pamer, dan berhasil menjadi walikota selama dua priode.

Kedepan dia mengharapkan, agar kepala derah yang terpilih bisa berbuat yang terbaik untuk rakyatnya. Barang kali bisa mencontoh kesukseskan yang telah diraih oleh Walikota Surabaya tersebut.

 Pantang Menyerah

Sebelum menjadi Ketua Umum PDI-P, Megawati mengawali karir politiknya di partai PDI, kala itu Soerjadi sebagai ketuanya. Dirinya tidak butuh waktu yang lama, untuk bisa terjun langsung sebagai politisi. Setahun dipartai, langsung menjadi anggota dewan saat mengkuti pemilihan legeslatif.

Dalam kongres luar biasapada tahun 1993, dia terpilih menjadi sebagai ketua secara aklamasi. Namun keterpilihannya sepertinya menjadi ancaman bagi pemerintahan Orde Baru, sehingga pemerintahan kala itu campur tangan dengan membela Soerjadi sebagai ketua yang sah.

Pada tahun 1997 terjadi perpecahan di internal partai tersebut. Kemudian terjadilah perebutan kantor DPP PDI oleh kelompok Soerjadi yang mengakibatkan kerusakan dan beberapa orang meninggal dunia.

Kendati demikian, Mega pantang menyerah. Semangatnya semakin mantap dan sama sekali tidak dapat dibendung. Saat menempuh jalur hukum dirinya pun kalah. Karir politiknya tidak berhenti disitu.

Megawati mendirikan partai PDI-Perjuangan, dimana dengan kendaraan politik tersebut, telah membawanya menjadi presiden ke-5 RI. Dibawah kendalinya, PDI-P bertengger sebagai juara pertama, dengan perolehan kursi terbanyak di DPRI, sekaligus mengantarkan anaknya untuk menjadi Ketua DPRI priode 2019-2024.

 Harapan Mega 

Melihat keadaan Megawati yang sudah berumur 74 tahun, mungkin kita akan berpikir bahwa dia sudah tidak semangat lagi untuk menahkodai partai besutannya itu. Jika kita berpikir seperti itu adalah salah besar.

Umurnya boleh saja dikatakan sudah senja, namun semangat juangnya masih tetap menyala. Dirinya masih serius dalam menggeluti dunia politik. Sejak tahun 1986 hingga saat masih tetap 'agresif' di kancah politik.

Semangat juang dan sepak terjangnya, telah membawanya menjadi orang nomor satu di negeri ini pada priode (2001-2004), mengikuti jejak ayahnya (like father like son). Meskipun pada pemilihan selanjutnya saat itu, dia tidak berhasil keluar sebagaipemenang pilpres.

Kemudian dia mengubah Strategi, dengan memposisi dirinya sebagi "King Maker", dibawah kepemimpinannya sebagai ketua partai, telah membuat perubahan besar. Menjadikan Jokowi sebagai presiden dua priode.

Dibawah rekomendasinya telah melahirkan beberapa kepala daerah yang memiliki prestasi baik, seperti Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Tri Rismaharini (Walikota Solo), Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi)  dll.

Sepertinya ia sangat nyaman dengan posisinya sebagai king maker yang memainkan percaturan politik di belakang layar. Harapannya kedepan dengan usianya yang sudah tua, ia terus bisa memberikan dedikasi yang tinggi buat rakyat Indonesia.

Tanpa bermaksud memuji, apalagi berkampanye untuknya, sama sekali tidak terlintas dalam pikiran penulis tentang hal itu. Artikel ini hanya mencoba menyajikan apa adanya terhadap capaian prestasi seorang Megawati. Baik sebagai warga negara, maupun politisi, dalam dinamika politik di Indonesia.

Banda aceh, 29 Agustus 2020

Moehib Aifa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun