Cahaya lampu menghiasi gedung pertokoan dan perkantoran semakin mewarnai keindahan kota Banda Aceh malam itu, di seputar jalan tgk. Chik Ditiro terdengar deru mesin kendaran roda dua dan empat yang merayap padat akibat macet jelang malam minggu. Masyarakat kota banyak yang keluar menikmati malam minggu bersama keluarganya, begitupun dengan muda-mudi terlihat ramai di warung kopi dan cafe lainnya. Malam itu Amir bersama Kabir  kawan dekatnya sedari SMA hingga saat ini juga satu kampus dengannya, mereka keluar dari kostnya sekedar berjalan kaki menuju Mesjid Raya Baiturrahman.
Usai melaksanakan Shalat isya di mesjid tersebut, mereka bersender pada dinding mesjid menatap lepas langit-langit mesjid raya yang banyak terdapat lampu hias yang menjadikan mesjid itu begitu elegan kelihatannya. Kabir mulai membuka pembicaraan
"Amir, apa yang engkaau harapkan di kota ini?."Â
"Entahlah, yang jelas dunia kita saat ini antara kampus dan Kost, hanya bisa berharap bahwa suatu saat orang akan mencatat nama kita sebagi orang penting di negeri ini"Â
"ia tugas kita saat ini belajar, ibadah, dan berorganisasi, berharap sukses dibumi Serambi Mekkah ini" pungkas Kabir yang mengalihkan matanya tertuju pada mihrab mesjid raya dengan lukisan kaligrafi yang indah.
Setelah puas berbagi cerita, Amir dan Kabir beranjak pulang melewati kolam ikan hias di plaza mesjid raya, sesekali tempias air mancur yang ada dikolam ikan mengenai wajah mereka aromanya sama sekali tak mereka sukai.Â
Mereka pun mempercepat langkahnya menuju ke kost, lima belas menit kemudian sudah tiba didepan pertokoan yang dijadikan kost, di atasnya tertulis "Banting Tulang Kost", awalnya mereka heran dengan nama kost yang taklazim, tapi setelah satu minggu mereka ngekost disitu mulai paham bahawa nama  kost itu berawal dari nama "Usaha Banting Tulang" bengkel Las pagar dan kanopi yang masih satu pemilik dengan tempat kostnya.
Saat hendak tidur Kabir mengingatkan kawannya "Amir kau stel alarm, besok kita ke lapangan Blang Padang untuk jogging, pasti banyak cewek cantik nanti disana".
"Dasar kau mata keranjang" coloteh amir sambil menyetel alarm pada jam weker tua yang dibawanya dari kampung. Merekapun tertidur dalam dekapan malam berpendar bulan purnama pada celah jendala kamar kost mereka, tanpa firasat buruk apapun dimalam itu.
****
Minggu, 26 Desember 2004