Mohon tunggu...
Modest Sheeran
Modest Sheeran Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Freelance, Penulis/Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk memahami Dunia : Baca Buku Untuk memahami Diri Sendiri : Menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Peran Ekonomi Keuangan Hijau untuk Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan

6 Februari 2024   16:53 Diperbarui: 6 Februari 2024   16:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Peran Ekonomi Keuangan Hijau untuk Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan

Kala itu, senja hampir berlalu Natha menangis, beriring berlalunya senja yang perlahan menghilang. Entah apa yang salah, atau mungkin nasib telah memaksanya pasrah. Oleh teman sebayanya di "kota", julukan anak dusun miskin ditempel tepat di dahinya. Atau adapula, yang ringan, menyebut Natha itu anak hutan. Beban? Tentu dan sangat berat bagi dirinya. Bagi seorang gadis beranjak dewasa seperti Natha, yang masih hanya bisa diam dan menangis.

Sepenggal paragraf di atas bukan merupakan karangan fiksi atau cuplikan narasi dari sebuah drama, melainkan kejadian nyata dari anak perempuan asal Dusun Oenaek. Sebuah dusun di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang mungkin namanya baru pertama terdengar di telinga rekan-rekan pembaca.

Sisi Lain Si Dusun Miskin

Kabut tipis masih menggaris tanah kala saya, rekan-rekan dan beberapa ibu asal Oenaek mulai menjajaki tanah menuju hutan desa. Di antara rombongan, terdapat sosok yang sudah saya kenal. Dialah Hana Yolanda, seorang honorer perbankan yang juga nasabah setia dibank tempat ia mengais rezeki. Keberadaan saya di Dusun Oenaek, tentu bukan tanpa alasan. Saya mengikuti acara Sosialisasi. Sosialisasi dari sebuah PT yang ingin membangun sebuah Tambang dan juga perkantoran yang bekerja sama dengan pihak bank sebagai anggaran pembangunan yang mengutamakan pemunuhan berkelanjutan dalam penyaluran kredit atau kegiatan operasionalnya, yang salah satu rekan banknya adalah Hana teman saya sendiri.

Dusun Oenaek, yang merupakan salah satu dari rangkaian upaya Mbak Hana dan rekan sejawat menjawab permasalahan di dusun miskin tersebut.

Berkilas ke belakang, perbincangan saya bermula ketika waktu rehat tiba. Dipayungi pohon Akasia, obrolan saya dan Mbak Hana mulai bergulat seru. "Mbak Hana melihat Oenaek ini seperti apa?" tanya saya.

"Awalnya diajak teman yang bilang kalau dusun ini dusun miskin, warganya ingin berkembang," jawab Mbak Hana sambil selonjor di bilik pohon.

Lebih lanjut, ia bercerita ketika sampai di Dusun Oenaek, ekspektasi awal dari sebuah dusun miskin justru terpental jauh dari benaknya. Apa yang ia lihat di Oenaek adalah sebuah wilayah dengan kekayaan alam hayati dan bahan pangan liar yang sangat beragam."Surga" ketahanan pangan nampaknya. "Apa yang dikatakan orang lain tentang Oenaek itu desa miskin, ternyata salah besar, di sana kaya.

Beban Menanggung Dusun miskin

Sambil memetik daun pegangan, Hana lanjut menjelaskan. Selain permasalahan kesehatan, pencemaram lingkungan, kesejahteraan masyarakat, Ekonomi Keuangan juga menjadi isu yang tidak bisa dianggap remeh.

Awal Berjuang Melawan Ketertinggalan

Tak terasa perbincangan Natha dengan Mbak Hana sudah cukup lama, ketika salah satu ibu-ibu menawarkan wedang jahe hangat yang terasa nikmat sangat, membalut tubuh dari sejuk hawa hutan yang masih pekat. Jahe adalah salah satu tanaman rempah yang selain bermanfaat sebagai bumbu dapur, obat herbal juga tak kalah pentingnya seperti sayur-mayur yang juga sedang dipanen di Dusun oenaek saat itu, kegiatan tersebut adalah cara masyarakat Dusun Oenaek memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-sehari yang bukan berprofesi sebagai pegawai negeri, mereka memilih bercocok tanam demi ketahanan pangan, papan dan juga sandang. Hasil dari bercocok tanam itu kemudian dijual lagi ke pasar-pasar setempat, atau sebagai usaha mikro kecil menegah (UMKM). Masyarakat lebih memilih hal itu, karena denga bercocok tanam banyak manfaat sekali jalan, ya selain ekonomi, kesehatan lingkungan juga tetap terjaga.

Berbicara mengenai kesehatan lingkungan, salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim, Perubahan iklim terjadi dimana-mana, dan datang kapan saja mengharuskan masyarakat  dan pemerintah bekerjasama mengatisipasi dengan membuat kebijakan ekonomi hijau, Pemerintah memusatkan perhatian penuh pada kebijakan melalui pembangunan Rendah karbon.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan rencana ekonomi hijau sebagai salah satu strategi utama transformasi ekonomi dalam jangka menegah panjang untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi covid-19, serta mendorong terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui kebijakan rendah karbon. Indonesia berkomitmen untuk mengirangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2023, hal tersebut dikemukan oleh Mentri Koordinator Bidang Perekonomian Arilangga Hartanto, saat menjadi keynote speaker di acara "Edheroes Forum Oceania: Australia Chapter". Beberapa waktu yang lalu.

Pertumbuhan ekonomi hijau yang tangguh adalah dengan tidak mengesampingkan permasalahan lingkungan, pertumbuhan ekonomi hijau sebenarnya tergantung dari mana cara kita menghargai alam, dalam hal ini adalah lingkungan itu sendiri, mengedepankan pembangunan rendah karbon serta insklusif secara sosial. Dalam ekonomi hijau, perusahaan masih fokus pada kebijakan-kebijakan yang bertujuan menghindari dampak buruk terhadap lingkungan sekitar, apalagi dengan adanya pembangunan pabrik, tambang, perkantoran dan lain sebagainya yang membuat lingkungan terancam dimana-mana, keadaan inilah yang akan mempengaruhi perubahan iklim.

Pemerintah Indonesia memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan energi baru pada skala nasional maupun skala global. salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi perubahan iklim melalui penandatangan Paris Agreement sebagai bentuk keterlibatan dalam komitmen global untuk menanggulangi perubahan iklim.

Generasi muda yakni kita sendiri yang akan mewarisi bumi kita diharapkan dapat mengambil peran penting dalam menjadi agen perubahan lewat pengorganisasian kegiatan kolegtif dan meningkatkan kesadaran untuk berbagai pengetahuan dan mempromosikan tindakan yang diperlukan untuk masa depan.

Nah, disini juga peran keluarga sangat dibutuhkan. Peran keluarga dalam mengajar generasi muda sangat penting untuk masa depan planet kita. Mengajari anak-anak kita dari hal-hal kecil seperti mendaur ulang, membuat kompos, makan lebih banyak makanan tanpa daging akan membentuk masa kecil mereka. Anak muda yang didorong dan didukung untuk menjadi sukarelawan untuk kegiatan - kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan.

Pembangunan rendah karbon merupakan salah satu strategi transisi menuju ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan rendah karbon juga menjadi tulang punggung menuju ekonomi hijau untuk mencapai visi Indonesia maju 2045 dan menjadi nol emisi pada 2060.

Transformasi ekonomi Indonesia menjadi ekonomi hijau merupakan salah satu strategi agar Indonesia dapat keluar "Middle Income Trap" Ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan tetap menjaga kualitas lingkungan.

Implementasi kebijakan "Net Zero Emission" melalui pembangunan rendah karbon dapat diwujudkan dengan melakukan transisi menuju ekonomi hijau. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dan diperlukan kesepakatan yang solid dari semua pihak. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah dan keluarga sangat dibutuhkan.

Upaya pemerintah Indonesia untuk membangun fondasi penerapan ekonomi hijau didukung oleh beberapa kebijakan stratrgis. Komitmen ini tentunya didukung oleh Alokasi Anggaran melalui skema APBN dan Non - APBN dalam pembiayaan ekonomi hijau, dalam hal ini banklah yang memegang kendali rodanya. Di masa pandemi, program ekonomi hijau inklusif terus dilakukan sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional untuk membangun perekonomian Indonesia yang kuat, tumbuh dan berkelanjutan.

Indonesia menetapkan target "Net Zero Emission" pada tahun 2060 atau lebih cepat jika mendapat dukungan internasional. Tantangan Indonesia dalam mewujudkan "Net Zero Emission" melalui pembangunan rendah karbon adalah sangat besar investasi yang dibutuhkan. Karena untuk melakukan transisi energi dibutuhkan kesadaran untuk beralih menggunkan produk yang efisien dan ramah lingkungan, serta persiapan migrasi ke green jobs.

Hutan dan lautan Indonesia yang luas berpotensi menghasilkan kredit karbon yang dapat ditransaksikan ditingkat global untuk pencapaian target penurunan emisi di banyak negara. Terdapat lima sektor penyumbang emisi karbon, yaitu kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi limbah serta proses induatri dan penggunaan produk.

Dengan demikian, ekonomi hijau merupakan kegiatan ekonomi yang selain dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir kegiatan ekonomi, juga diharapkan memberi dampak tercapainya keadilan, baik keadilan bagi masyrakat maupun lingkungan dan sumber daya alam itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun