Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.
    Menurut Carol Ann Tomlinson  Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas, untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa.
    Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Kaitan pembelajaran modul 2.1 dengan modul lain sebelumnya dalam program pendidikan guru pengerak.
Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa: "Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan itu adalah "tuntunan" dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka hidup dan tumbuh menurut menurut kodratnya sendiri. Karena pada hakikatnya setiap anak itu memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, anak-anak juga memiliki minat dan bakat tersendiri. Sehingga sebagai seorang pendidik kita berkewajiban untuk menuntun anak didik agar tumbuh sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi kita dapat memberikan pembelajaran yang menuntun segala kodrat pada anak untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Nilai guru penggerak mempunyai peranan yang penting untuk dapat mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi yang inovatif, kolaboratif serta berpihak pada murid dengan memberikan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan peserta didik. Peran Guru Penggerak dalam Pembelajaran berdiferensiasi, guru diharapkan mampu menjadi pemimpin pembelajar, dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang peserta didik. Mewujudkan kepemimpinan murid, yaitu dengan membantu para murid untuk mandiri dalam belajar,  diharapakan murid akan senang untuk belajar sehingga motivasi belajar murid akan terbentuk . Peran guru penggerak dalam berkolabasi dan menjadi coach bagi guru lain dalam pelaksanaan  pembelajaran berdiferensasi di komunitas sekolah akan dapat mendorong ruang diskusi positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta melakukan langkah refleksi bersama. Dengan kolaborasi serta kerjasama dalam komunitas sekolah akan tercipta lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman  sehingga akan mendukung visi dan misi sekolah yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila. Penerapan budaya positif disekolah juga mempunyai peranan yang penting, karena dengan penanaman budaya positif, motivasi intrinsik murid serta seluruh anggota komunitas sekolah terbentuk dengan baik sehingga tujuan dari pelaksanaan pembelajaran diferensiasi yang kita harapkan dapat tercapai dengan optimal. Â
Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?
     Sebelum mengikuti Pendidikan calon guru penggerak dan mempelajari modul 2.1 mengenai pemenuhan kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Di sekolah saya sudah mengetahui mengenai pembelajaran berdiferensiasi sejak diberlakukan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2023/ 2024. Saat itu terjadi miskonsepsi mengenai pembelajaran berdiferensiasi, karena para guru berpikir akan kerepotan sekali dalam satu kelas akan mengajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai kemampuan murid dan merasa akan mengkotak-kotakkan murid tersebut dalam satu kelas.  Setelah mempelajari modul 2.1, saya memahami bahwa pembelajaran diferensiasi adalah adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid dan pembelajarannya tidak membeda-bedakan kemampuan murid, tetapi memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, guru harus mengetahui kebutuhan belajar murid agar dapat memberikan pengalaman belajar yang tepat bagi murid. Ada tiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid,yaitu : kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid dan profil belajar murid.
- Kesiapan belajar (readiness)
      Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat         kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan             dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut
- Minat murid
      Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang             menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.