Pengalaman pahit yang mengecewakan diri saya pribadi, reaktif orang tua siswa dan guru yang secara tidak langsung mereka pun kecewa atas putusan sepihak yang diberikan pihak yayasan, tidak serta merta membuat saya meradang dan terpuruk pada posisi itu.
Saya terima keputusan yang diberikan, saya mencoba pengertian kepada para orang tua siswa dan dewan guru yang datang untuk konfirmasi dan mengajak upaya banding, namun mengalah untuk menang lebih saya pilih.Â
Sebab saya sadar betul, pada kejadian itu ada campur tangan oknum guru yang memang tidak sepakat dengan apa yang saya lakukan sebagai guru bidang studi pendidikan agama Islam sehingga kemudian berbagai upaya fitnah pun diciptakan hingga bermuara pada surat putusan.
Awal tahun ajaran 2017-2018 saya memilih untuk hijrah {berpindah}. Saya bergabung pada salah satu sekolah dasar negeri atas ajakan seorang senior yang dulu pernah belajar bersama di salah satu pondok pesantren ternama di daerah ponorogo – Jawa Timur.
Meskipun keadaan sekolah berikutnya sangat berbeda jauh dengan sekolah sebelumnya baik dari segi fisik bangunan, budaya, jumlah siswa. Tapi kemudian saya berjalan dengan pesan dari guru saya untuk tetap menjadi diri yang bermanfaat untuk maslahat orang banyak, maka ritme saat itu saya jalani hari demi hari.
Perbedaan budaya dan kerja tim yang sangat berbeda sedikit membuat idealisme saya berontak, tapi berjalannya waktu dan dengan saya mencoba menekan dalam-dalam idealisme tersebut dan mengutamakan kebersamaan juga kolaborasi bersyukur saya kepada Allah SWT hingga saat ini saya menulis pun saya masih di sekolah yang sama dengan perjalanan waktu kurang lebih tujuh tahun.
Sejak 2018 saya berusaha bangkit dan membersamai peserta didik dengan apa yang saya bisa, kolaborasi menciptakan inovasi dan perubahan bersama pimpinan dan dewan guru yang meskipun tidak mudah membangun kebersamaan dan kesamaan prakarsa, tapi dengan sikap konsisten alhamdulillah lambat laun kondisi dan budaya kerja pun berubah kearah yang jauh lebih baik.
Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.
- Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?
- Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik?
Hal penting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah semakin menguatnya pribadi saya dalam menghadapi kondisi sosial murid. Saya juga menjadi lebih percaya diri menghadapi beberapa kasus selanjutnya karena dari kasus ini saya belajar bagaimana saya harus melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang ada di sekolah.
Sebagai pendidik saya merasa saya harus memberikan layanan terbaik kepada murid-murid saya. Saya harus lugas dan tidak bertele-tele jika seandainya ada permasalahan murid agar murid yang bermasalah menyadari sendiri kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung.