Mohon tunggu...
Moch. Wahyudi
Moch. Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Konten sajian yang diharapkan berguna untuk asupan pengetahuan bagi rekan-rekan guru dan para pecinta literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai solusi atas Ragam Gaya Belajar Siswa

15 Juni 2024   06:26 Diperbarui: 18 Juni 2024   22:46 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap siswa lahir dengan garis samar yang sudah dimilikinya, yang kemudian garis-garis samar itu ditebalkan oleh orang-orang dewasa yang berada disekitarnya, baik itu dari lingkungan keluarga ataupun saat ia sudah menjadi seorang pelajar di sekolah. Seiring perubahan dan perkembangan diri seorang siswa, nampak juga karakter-karakter yang terbentuk sebagai potret nyata atas dirinya sebagai pribadi. 

Kemudian ideal sebuah pembelajaran yang efektif seharusnya mampu mengkontruksi berbagai perbedaan minat dan gaya belajar siswa tersebut. Pendekatan atau strategi pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi ragam perbedaan siswa di dalam kelas. Hal apakah yang kemudian mendasari pembelajaran berdiferensiasi dianggap bisa menjadi solusi yang tepat dalam menghadapi perbedaan siswa?

Mengutip dari Tomlinso: 1999 bahwa "Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran dikelas, untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid". Atas teori ini kemudian menginisiasi seorang guru untuk menyesuaikan bahan pengajaran, materi, dan penilaian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu masing-masing siswa berdasarkan asesmen awal yang sudah dilakukan. Dengan demikian, pembelajaran dapat menjadi pro aktif dan siswa dapat merasa lebih terlibat dan sekaligus termotivasi dalam proses pembelajaran. 

Differentiated Instruction {Pembelajaran Berdiferensiasi} adalah strategi pendekatan pembelajaran yang mempertimbangkan kebutuhan, minat, dan profil siswa dengan asesmen awal atau diagnostik yang sudah dilakukan oleh seorang guru menjadi landasan. Dalam pembelajaran ini, keluwesan siswa dalam proses belajar, dan proses kegiatan pembelajaran disusun dengan aneka model pembelajaran, hal ini kemudian diterapkan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan siswa sehingga kemudian mereka dapat mengembangkan potensi mereka sesuai dengan tingkat kesiapan minat, gaya belajar, dan profil belajar yang beragam. 

Setidaknya ada empat hal yang ditekankan dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi yaitu :

1. Konten 

2. Proses

3. Produk dan 

4. Lingkungan Belajar

Dokumen Pribadi_Diferensiasi Konten
Dokumen Pribadi_Diferensiasi Konten

Pembelajaran sejatinya adalah kumpulan materi yang disampaikan kepada siswa dengan memperhatikan kebutuhan siswa dari hal yang paling mendasar berdasarkan asesmen yang sudah dilakukan, yaitu pada tingkat kesiapan belajar, minat dan gaya belajar, juga kemudian profil siswa. Dalam ranah ini seorang guru hendaknya melakukan diferensiasi, sehingga kemudian pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang harapkan.Pemilihan topik materi, dan pemilihan bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa menjadi hal yang paling mendasar untuk dilakukan. 

Tahapan kedua adalah Proses

Ranah ini merupakan buaran interpretasi yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar atas sajian tujuan materi pembelajaran yang sudah diinformasikan oleh guru. Dalam praktik diskusi kelompok, atau individu peranan guru dalam aspek ini melakukan observasi dan kemudian hendaknya memberikan bantuan kepada kelompok atau individu siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pemandu.

Tahapan ketiga adalah Produk

Hasil produk yangtercipta dalam sebuah karya, meskipun dalam ragam bentuk dan model. Tetapi kemudian menjadi sama dalam tujuan materi pembelajaran yang di ajarkan dalam waktu tertentu. Diferensiasi produk ini menjadi tagihan guru atas kelompok atau individu siswa, sehingga dengan karya tersebut seorang guru dapat melakukan penilaian. 

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Soerang guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik siswa, agar kemudian ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. 

Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Tahap akhir dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar digunakan seorang guru untuk mengetahui dan identifikasi kondisi fisik dan psikologis dalam kelas. Suasana kelas yang mendukung pembelajaran akan memfasilitasi siswa untuk belajar secara kelompok atau individu. Sehingga peranan guru sebagai pemimpin pembelajaran menjadi sangat penting dalam menjaga kondusivitas kelas selama proses pembelajaran diberjalankan. 

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlison, 2001:45). Memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid bukan berarti guru harus mengajar 30 orang murid dengan 30 cara yang berbeda atau memberikan jumlah soal lebih banyak kepada murid yang bekerjanya lebih cepat dari yang lainnya.

Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan murid yang pintar dengan yang pintar dan murid yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu murid A, murid B atau murid C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah superman atau wonderwoman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

Rencana pembelajaran harus memenuhi kebutuhan belajar murid

Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

Memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Dengan kata lain, pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Agar pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilaksanakan di kelas, maka guru harus mengetahui kebutuhan belajar murid. Tanpa mengetahui kebutuhan belajar murid, akan sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman belajar yang tepat bagi murid-muridnya.

Guru diharapkan memiliki pemahaman yang terus berkembang tentang kemampuan akademik muridnya agar bisa merencanakan pembelajaran yang sesuai. Dimana posisi murid saat belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan berdasarkan 3 aspek, yaitu:

  1. Kesiapan belajar (readiness)
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid.

Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Kesiapan belajar (readiness)

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Ada 6 perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid:

Informasi bersifat mendasar - Bersifat transformative

Konkret - Abstrak.

Sederhana - Kompleks.

Terstruktur - Open Ended

Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)

Lambat – Cepat

Tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:

membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;

mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;

menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;

meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:

menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),

menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,

mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,

menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

Profil belajar murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.

Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer);

auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);

kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual spasial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, verbal linguistik, naturalis, logic-matematika.

Kemudian terkait beberapa pertanyaan tentang :

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?

Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus melakukan 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi:

Diferensiasi konten

Diferensiasi proses

Diferensiasi produk

  • Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap tingkat kesiapan, minat, profil belajar murid yang berbeda ata kombinasi tingkat kesiapan, minat dan profil belajar.
  • Proses adalah bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa informasi/materi yang diajarkan. Proses yang dipersiapkan berupa kegiatan kelompok atau individu dan seberapa banyak bantuan yang diberikan kepada murid.
  • Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan: Kegiatan berjenjang dimana murid membangun pemahaman dengan kompelsitas pertanyaan pemandu dan tantangan, agenda individual untuk murid (daftar tugas berbeda antara tugas umum dan individu variasi waktu/lamanya waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas sesuai kesiapan dan minat belajar, membangun variasi strategi belajar, menggunakan pengelompokan yang fleksibel.
  • Diferensiasi produk adalah hasil kerja dan unjuk kerja yang diharapkan dari murid atau yang harus murid tunjukkan kepada guru. Produk harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebelum menentukan produk belajar, perlu membertimbangkan kebutuhan belajar murid meliputi ekspektasi murid, kualitas, konten dan sifat produk akhir.

Bagaimana kaitan antara materi Pembelajaran berdiferensiasi dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif?

Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Kodrat atau potensi setiap anak atau murid berbeda satu dengan yang lainnya dan tugas guru adalah menuntun kodrat tersebut dan bukan mengubahnya. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus menghargai perbedaan dan memerdekakan murid tumbuh dan berkembang dan belajar sesuai keinginan dan kemampuan mereka yang dalam proses belajarnya dilengkapi dengan dukungan oleh pengajar sesuai kebutuhan masing-masing murid secara individu.

Dalam hal ini tugas pengajar lebih dititikberatkan pada pemberian perhatian terhadap minat, bakat dan kemampuan murid serta memberikan dukungan yang diperlukan tanpa mengurangi keinginan murid untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan menyadari keberagaman dan keunikan pada setiap individu, maka guru harus mengajar mereka secara berdiferensiasi. Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara ini merupakan dasar dari penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Salah satu peran guru penggerak adalah mewujudkan kepemimpinan murid, yaitu membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah. Agar kepemimpinan murid ini dapat tercapai, perlu diterapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar individu yang berbeda.

Jika kebutuhan belajar murid terpenuhi, maka pembelajaran tersebut memunculkan motivasi. Murid yang termotivasi belajar akan mampu mencapai prestasi belajar yang maksimal, sehingga visi dan misi sekolah terwujudnya murid-murid yang memiliki profil pelajar pancasila akan terwujud.

Penanaman profil pelajar pancasila nantinya akan diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan di kelas-kelas maupun beberapa pembiasaan yang dilakukan secara protokoler di sekolah. Pembelajaran diferensiasi akan secara maksimal dapat diterapkan di sekolah maupun di kelas jika didukung dengan penerapan budaya positif.

Akhirnya, seorang guru dapat mempraktikan empat aspek atau tahapan tertulis di atas sebagai panduan dalam mengimplimentasikan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Dengan demikian, simpulan yang bisa ditulis adalah pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan melalui moda yang heterogen, baik itu dengan memilih salah satu dari diferensiasi konten, proses, produk, dan lingkungan pembelajaran, atau menerapkan kesemua aspek dalam sebuah kegiatan belajar mengajar, hal ini ini disesuikan dengan rencana dan tujuan yang dibuat oleh seorang guru. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun