Mohon tunggu...
Mochammad Syafril
Mochammad Syafril Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

The more you know, the more you learn

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perkembangan Etika Lingkungan Hidup Dalam Kehidupan Manusia

10 Maret 2022   05:45 Diperbarui: 11 Maret 2022   08:59 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan ekosentrisme tidak jauh berbeda dengan biosentrisme. Pandangan ini melihat bahwa makhluk hidup seperti manusia, binatang dan organisme lainnya yang mendiami sebuah ruang maka satu dengan lainnya akan saling terikat.

Arne Naess sebagai tokok dari pandangan ini tela memperkenalkan pandangan atau konsep Deep Ecology yang menentang pandangan antroposentrisme, melalui Deep Ecology manusia tidak dianggap sebagai suatu entitas yang terpusat dari alam semesta. Kepentingan seluruh ekosistem menjadi sesuatu yang setara diantara semua makhluk.

Gaya hidup adalah sesuatu yang ditekankan oleh Arne Naess dalam rangka menjaga kearifan lingkungan hidup. Perubahan gaya hidup dirasa sangat rasional mengingat krisis ekologi yang terjadi sekarang salah satunya berakar dari perilaku manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungan hidup.

Permasalahan lingkungan harus dipandang secara holistik dan komprehensif agar solusi yang didapatkan akan menjangkau seluruh ekosistem terdampak. Perubahan komitmen dan kebijakan politik yang pro lingkungan sangatlah diperlukan. 

Hal ini juga perlu didorong dengan perubahan radikal yang berakar pada cara beretika yang diikuti oleh perubahan mental dan perilaku, yang tercermin dalam gaya hidup baik sebagai individu maupun kelompok. Berupa penyadaran kembali akan kesadaran ekologis yang mengakui kesatuan, keterkaitan dan saling ketergantungan antara manusia, tumbuhan dan hewan serta seluruh alam semesta.

Melalui pendekatan tersebut juga lahirlah cabang ilmu viktimologi yang dilandasi dengan lingkungan hidup, yaitu Viktimologi Hijau. Viktimologi hijau pertama kali diperkenalkan oleh Christopher Williams. Christopher Williams memasukkan lingkungan hidup sebagai salah satu kajian dalam viktimologi sebagai konsekuensi dari perusakan lingkungan yang memakan banyak korban. 

Pada perkembangannya mempelajari tentang proses sosial dan respon institusional yang berkaitan dengan korban kejahatan lingkungan dengan tidak hanya terbatas pada manusia yang dapat diklasifikasikan sebagai korban namun juga termasuk non-manusia antara lain, hewan, pohon, dan sungai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun