Mohon tunggu...
Mochammad Syafril
Mochammad Syafril Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

The more you know, the more you learn

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perkembangan Etika Lingkungan Hidup Dalam Kehidupan Manusia

10 Maret 2022   05:45 Diperbarui: 11 Maret 2022   08:59 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aristoteles berpendapat bahwa keberadaan tumbuhan disiapkan untuk kepentingan hewan, dan keberadaan binatang disiapkan untuk kepentingan manusia. Dari argument tersebut dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang kedudukannya lebih rendah maka dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ciptaan yang lebih tinggi. 

Manusia merupakan makhluk paling tinggi diantara semua makhluk hidup lainnya, maka dari itu manusia boleh melakukan apa saja terhadap cipataan-ciptaan lainnya yang kedudukannya lebih rendah. Hal tersebut dapat dimaknai sebagai hakikat kehidupan dan penciptaan.

Immanuel Kant juga berpendapat bahwa manusia merupakan mahkluk yang rasional dan memiliki akal budi dalam tindakannya, sehingga manusia berhak untuk menggunakan entitas lain yang non-rasional guna mewujudkan kepentingannya. Atas dasar pemikiran tersebut maka manusia sebagai makhluk yang paling terhormat tidak dibebani tanggung jawab moral terhadap makhluk hidup lain non-rasional seperti tumbuhan dan binatang.

Dari pendapat serta penjelasan diatas terdapat banyak kesalahan dalam beretika dalam menyikapi lingkungan hidup. Manusia hanya berpikir secara sempit tanpa memikirkan berbagai konsekuensi yang timbul akibat degradasi moral terhadap konsep ekologi. 

Lingkungan hidup yang dipandang sebagai alat pemenuh kebutuhan dan kepentingan manusia tidak mendapat perhatian secara nilai dan akal budi, oleh karena itu etika lingkungan hidup antroposentrisme banyak mendapat perdebatan karena dianggap sebagai salah satu sumber dari kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup.

Biosentrisme menganggap bahwa bukan hanya manusia saja yang ekssistensinya mempunyai nilai, namun terdapat lingkungan hidup yang juga sama seperti manusia. Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dari manusia, hal tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan manusia yang menempai ruang lngkungan hidup sebagai tempat tinggal hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Setiap penciptaan pasti mempunyai maksud dan nilai tertentu, sehingga semua makhluk hidup berhak untuk dihargai dan mendapat perhatian secara moral. Lingkungan hidup juga perlu dihargai terlepas dari berharga atau tidaknya lingkungan hidup bagi manusia.

Biosentrisme menekankan pada adanya moralitas pada sebuah kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya mempunyai nilai moral yang setara, sehingga makhluk hidup selain manusia juga harus dimanfaatkan dan dikelola sebaik-baiknya. Singkatnya, karena makhluk hidup lain seperti lingkungan hidup dan binatang juga turut serta dalam kehidupan manusia, maka manusia harus memperlakukan makhluk hidup lain dengan baik.

Semua kehidupan yang menempati ruang alam semesta sejatinya telah menciptakan komunitas yang terikat satu dengan yang lain. Sehingga setiap tindakan manusia yang bersinggungan dengan entitas lain harus dipikirkan secara baik agar tidak merugikan mereka.

Paul Taylor sebagai salah satu tokoh biosentrisme memberikan pendapat bahwa paradigma etika ini berlandaskan atas kesamaan komunitas yang menempati bumi sebagai tempat tinggal. Manusia juga dianggap sebagai entitas yang bergantung terhadap makhluk lain. Selain itu, makhluk hidup selain manusia juga pasti mempunyai tujuan dan kepentingan mereka masing-masing.

Melalui etika lingkungan hidup ini manusia dibuat seakan-akan menjadi entitas yang setara dengan makhluk hidup lain, sehingga manusia itu sendiri tidak lebih tinggi daripada makhluk hidup lain. Oleh karena itu manusia juga mempunyai tanggung jawab terhadap eksistensi lingkungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun