Mohon tunggu...
Moch Rikza Lucky Ardiansyah
Moch Rikza Lucky Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

LRB: Lubang Resapan Biopori Memberdayakan Sampah menjadi Kompos sebagai Solusi Permasalahan Sampah Organik dan Banjir di Desa Alasbuluh

31 Januari 2024   18:47 Diperbarui: 31 Januari 2024   18:49 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

DOK. PRI
DOK. PRI

Gambar 2. Penyampaian materi langkah-langkah pembuatan LRB

Seusai pemaparan materi, dilakukan sesi demonstrasi pembuatan kompos LRB dengan mengikutsertakan partisipasi dari peserta kegiatan, yakni ibu-ibu PKK. Proses demonstrasi dilakukan bersamaan dengan panduan dari tim pemateri pada tiap tahap pembuatannya, sehingga baik partisipan yang ikut serta dalam pembuatan maupun partisipan yang menyaksikan dapat memahami dengan baik proses pembuatan kompos pada tiap tahapannya. Peserta mengikuti serangkaian acara dengan antusias, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama proses demonstrasi. Walaupun beberapa peserta mengaku sudah pernah membuat kompos dengan metode LRB, namun masih belum berhasil. Sehingga, pada momen kegiatan tersebut dilakukan juga sharing session terkait pengalaman kegagalan pembuatan kompos metode LRB. Dari kegiatan ini, baik peserta yang sudah pernah membuat maupun yang belum pernah dapat memahami faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan untuk membuat kompos dengan memanfaatkan sampah organik rumah tangga. Harapannya, kegiatan yang sudah kami lakukan dapat dipraktikkan dan menjadi solusi untuk pemanfaatan limbah organik rumah tangga pada tiap rumah secara efektif.

  • Praktek

Dalam proses pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB), pertama-tama, lakukan identifikasi lokasi yang memerlukan sistem drainase yang lebih baik. Hal ini biasanya di area yang sering mengalami genangan air atau memiliki masalah drainase. Selanjutnya, gunakan penggaris atau tali pengukur untuk menentukan lokasi titik-titik lubang resapan biopori. Pastikan titik-titik ini ditempatkan secara strategis, mempertimbangkan kondisi tanah dan topografi area. Ukuran lubang sangat penting. Gunakan bor tanah untuk membuat lubang dengan diameter sekitar 10-15 cm dan kedalaman 50-100 cm. Pastikan lubang dibuat secara vertikal untuk optimalisasi penyerapan air. Dalam proses penggalian lubang, gunakan alat penggali seperti sekop atau linggis, dan pastikan dinding lubang tetap kokoh dan tidak mudah runtuh.

Jika tanah cenderung longsor, susun dinding lubang dengan batu kali atau bahan penyangga lainnya untuk menjaga stabilitasnya. Setelah itu, masukkan bahan organik atau kompos ke dalam lubang. Bahan ini akan meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Lakukan pemantapan lubang dengan menekan tanah di sekitarnya untuk memastikan stabilitas dan ketahanan lubang. Bersihkan lubang dari material sisa seperti tanah atau batu kecil setelah proses penggalian selesai. Lakukan pemeliharaan berkala dengan memberikan bahan organik tambahan jika diperlukan.

 

img-20240128-wa0077-65ba323f12d50f0afd42a402.jpg
img-20240128-wa0077-65ba323f12d50f0afd42a402.jpg

dok. pri
dok. pri

Gambar 3. Proses pembuatan LRB

Terakhir, lakukan penyiraman awal untuk membantu proses penyerapan pertama kali. Ini membantu memastikan bahwa lubang resapan biopori dapat berfungsi dengan optimal dalam menangani air hujan dan mencegah genangan di area yang ditentukan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara rinci, Anda dapat menciptakan sistem LRB yang efektif dan berkelanjutan..

  • Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi menjadi tahapan yang penting untuk mengetahui capaian keberhasilan dari suatu program kerja. Parameter tingkat kematangan kompos dapat dilihat dari beberapa indikator seperti, kelembaban, warna kompos, dan bau, hasil pengamatan fisik menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada kompos. Sampah sayuran yang sebelumnya basah dan berair menjadi kering, halus, dan volumenya menyusut. Selain itu, warna kompos yang awalnya masih seperti sayuran dan bau menjadi lebih coklat dan tidak berbau busuk. Untuk parameter pencegahan banjir bisa dilihat dari sebelum pemasangan LRB dan setelah, apakah setelah pemasangan LRB masih terdapat genangan air atau tidak. Setelah hampir satu bulan menerapkan metode LRB

Perubahan ini menandakan bahwa kompos yang dihasilkan mulai mencapai tingkat kematangan yang diharapkan. Pengelolaan sampah menjadi kompos LRB diharapkan dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi jumlah sampah organik yang masih sering dibuang dipinggir jalan serta dapat mendukung konsep ekonomi sirkular dimana mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia berbahaya dan penangulangan banjir. Selain itu, diharapkan masyarakat dapat menerapkan metode pengelolaan sampah ini secara mandiri, sehingga dapat mendorong produktivitas pertanian kecil, seperti digunakan untuk memupuk tanaman toga dan jenis pertanian lainnya. Perkembangan program pengelolaan sampah yang inovatif ini perlu dipantau untuk mengidentifikasi potensi perbaikan di masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun