(a) Ojo Dumeh (jangan mentang-mentang: tindakan, isi hati, omongan, atau  apapun jangan mentang-menatang, Adigang, Adi gung, Adi Guna)
(b) Eling (Ingat_Tuhanmu), usia, asal usul, agamamu, orang tuamu, kematianmu, dosamu, kebaikan mu, dll),
(c) Waspodo (kehati-hatian), ketelitian, tingkah laku, sikap, dll
"Eling lan waspada" artinya pemimpin mampu untuk selalu ingat dan waspodo; teliti mampu menguasi ilmu weruh sadurung winarah.
Kata lain yang relevan adalah Aja Dumeh,  Jangan Mentang-mentang dalam artian luas mendalam; Aja Gumunan, Jangan Mudah Kagum pada Apapun; Aja Kagetan Pada semua Ruang  Waktu jangan mudah terkejut; Bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa wajib bisa merasa [berempati], bukan merasa bisa [sombong]. Mengapa demikian; karena Hidup manusia ada itu ada 3 perkara; Wirya/Keluhuran; Arto/Kekayan kemakmuran, dan Winasis /Ilmu Pengetahuan; Apabila tidak satupun dapat diraih pada 3 hal itu maka habislah diri manusia itu, maka lebih berharga daun jati kering. Akhirnya mendapatlah derita, jadi pengemis, dan terlunta. Tujuannya adalah  "Atetamba yen wus bucik" artinya Jangan Berobat sesudah terluka; artinya aplikasi paraxis tindakan harus tepat atau "Nggugu Karape Priyangga" Jangan bertindak maunya sendiri, pikir dengan matang; bisa menempatkan diri, dan mematuhi tatanan; maka hanya dengan cara ini akan tercapai "Berbudi Bawa Leksmana" [berbudi baik, selaras kata dan perbuatan]
Tiga Dokrin Tiga Sikap Mental & Jiwa; Ajaran Semar:
1. Tadah (hanya Tuhan): tidak pamrih pada apaun, tapi menyukuri apapun kondisi dalam ruang dan waktu pada Tuhan;
2. Pradah (sesama manusia "memberi") suka dan mencintai hanya  memberi tanpa kembali, atau pada sesama, iklas, pikiran,  harta; dan
3. Ora Wegah (Tidak Pemalas);  tidak memilih apapun, pekerjaan atau tugas, lakukan jangan suka menunda apapun, dan kerjakan hal lain yang menanti;hasil akhirnya adalah Sikap mental Papan Empan Adepan; dengan dimensi "Saiki, Neng Kene, Ngene, Aku Gelem"
1. Ajaran Semar  MKG, /Manunggaling Kawula Gusti / bersatu, Ittihad (Usaha manusia ke Tuhan), Hulul (Tuhan masuk dalam manusia),  Wahdat-al wujud (modus hidup atas nama Tuhan pada apapun realitas atau metarealitas), dan Fana Baqa. Metafora Kepemipinan Ibarat Buruh dengan Majikan; (kepentingan Majikannya).
2. Ajaran Semar  Sangkan Paraning Dumadi; alam abadi (alam wusana), hidup mampir minum; Atau Manggilingan_Sistem  Sikap Mental ["Nrimo ing Pandum = Amor fati"]. Kata Siklus atau Siklis (lihat teori Cokro Manggilian) ini memiliki hakekat tiga hal pemkiran Ruang dan Waktu, [a] manusia itu dari mana, [b] sekarang ada dimana, dan [c] menuju kemana/tujuan telos akhir. Dalam bahasa lain disebut sebagai alam purwo [asal usul), alam madyo [hidup saat ini, dan menuju alam akhir atau disebut alam wasono. Being and Time versi Semar. Â
3.  Ajaran Kasedan Jati, tidak melakukan ora ilok, atau  kuwalat/karma
4. Ajaran Semar  Memayu Hayuning Bawana, (berbuat baik), kekanglah hasrat dan ambisi, dll, melalui memahami realitas melalui  ilmu Titeni (hukum alam, dan hukum ajeg), ilmu pitung/hitungan, dan determinisme alam, misalnya wongso, weton, Bono, Wuku, dll, semua hal lengkap di ilmu Jawa. Telos Hidup: Ngunduh Wohing Pakarti""Memayu Hayuning Bawana",  memberi keindahan dunia, diinternalisasi  dalam hidup manusia.  Hamemayu Hayuning Bantolo [tanah], Hamemayu Hayuning Wono [Hutan],Hamemayu Hayuning Tirto, Hamemayu Hayuning Budayo, Hamemayu Hayuning  Samodro [laut], Hamemayu Hayuning Howo, Hamemayu Hayuning Manungso. Secara episteme dapat dilakukan dengan Cara Rawat Alam [3N]; Ni Teni; mengingat, mengenali, memahami; NiRokake; meniru, memedomani, mengikuti;  dan NaMbahi: memberi nilai kebaikan pada alam.
("Tan Keno Kinaya Ngapa: "Kapitayan")
Semar pada Filologi Kata Tuhan. Tu_Han (kata Tuhan)_konsep Tan Keno Kinaya Ngapa; Kapitayan (Tuhan). Tuhan sebagai Sanghyang Taya, tidak bisa dipikir, didengar, dijelaskan, diraba (tidak bisa dikenal data indrawi). Taya artinya hampa, suwung, awang-uwung), non awal akhir; Manusia mengenal_nya melalui hukum-hukum alam semesta, sebagai kehadiran-Nya.
Genealogi filologi kata Tuhan versi Semar adalah dialektis pada kategori Tu vs Han; (a) Yang baik pada kata "Tu" yang baik, disebut Tuhan, (b) sebaiknya Tu, manisetasi kejelekan atau keburukan disebut Han-tu (kejahatan keburukan). Misalnya kata Tu-gu, Tunggul, watu, Tumbal, Tumbak, Tumpeng. Bandingkan dengan Tao adalah Jalan Alam Semesta Dao memiliki sifat transenden tetapi juga imanen. Sifat-sifat Tuhan atau 1 sifat diebut Sanghyang Taya (monotesme). Sifat-sifatnya dan manifestasi disebut Politeisme banyak macam dan kategori, satu  substansi banyak Kategori