Dalam etika Kantian, individu memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan prinsip moral, terlepas dari konsekuensi. Ini berarti:
- Tindakan Berbasis Kewajiban: Sarjana harus melakukan penelitian dan pengajaran dengan integritas, tidak hanya untuk mengejar gelar atau penghargaan, tetapi karena itu adalah kewajiban moral mereka. Misalnya, seorang peneliti yang menemukan data yang tidak sesuai dengan hipotesisnya harus melaporkan hasil tersebut dengan jujur, meskipun hasil tersebut mungkin tidak mendukung klaim yang ingin dia buat.
4. Pendidikan dan Kesadaran
Pendidikan tentang etika akademik perlu ditanamkan sejak dini dalam proses pendidikan. Institusi pendidikan harus menyediakan kurikulum yang mencakup pembelajaran tentang integritas akademik dan tanggung jawab sosial. Ini dapat dilakukan melalui:
Kursus Etika Akademik: Menyediakan mata kuliah yang membahas prinsip-prinsip etika akademik, termasuk kejujuran, plagiarisme, dan tanggung jawab sosial.
Workshop dan Seminar: Mengadakan workshop dan seminar yang membahas isu-isu etis dalam penelitian dan pengajaran, serta cara-cara untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam praktik sehari-hari.
5. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan akademik yang mendukung kejujuran dan integritas sangat penting. Ini dapat dilakukan dengan:
Kebijakan yang Jelas: Institusi harus memiliki kebijakan yang jelas mengenai pelanggaran integritas akademik dan konsekuensi yang akan dihadapi. Ini termasuk sanksi bagi pelanggar dan penghargaan bagi mereka yang menunjukkan integritas.
Komunitas Akademik yang Kuat: Membangun komunitas akademik yang saling mendukung di mana kejujuran dan integritas dihargai. Komunitas ini dapat menciptakan budaya di mana setiap individu merasa nyaman untuk melaporkan tindakan tidak etis.
6. Kewajiban Moral Sarjana
Kant menekankan bahwa moralitas terletak pada niat dan kewajiban, bukan pada konsekuensi. Dalam konteks akademik, ini berarti bahwa sarjana memiliki kewajiban moral untuk bertindak jujur, tidak peduli seberapa besar tekanan eksternal yang mereka hadapi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, dalam situasi di mana tekanan untuk mempublikasikan penelitian besar sangat tinggi, sarjana mungkin merasa tergoda untuk memanipulasi data demi reputasi. Namun, etika Kantian menegaskan bahwa tindakan seperti itu tetap tidak bisa dibenarkan, karena melanggar kewajiban moral untuk menyampaikan kebenaran
7. Autonomi Moral dalam Penelitian AkademikÂ
 Konsep autonomi moral dalam etika Kant merujuk pada kapasitas individu untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang mereka tetapkan sendiri, tanpa dipengaruhi oleh tekanan eksternal. Dalam konteks akademik, ini berarti seorang sarjana harus mampu memutuskan tindakan yang benar berdasarkan standar etika, bahkan jika itu berarti menghadapi risiko personal atau profesional. Sebagai contoh, jika seorang dosen atau peneliti menemukan bahwa rekan mereka terlibat dalam pelanggaran etika akademik, mereka harus berani melaporkannya, meskipun itu dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi hubungan profesional atau pribadi.Â
Tantangan dalam Mempertahankan Integritas Sarjana
Meskipun pentingnya integritas sarjana diakui secara luas, ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam mempertahankannya. Beberapa tantangan tersebut meliputi:
1. Tekanan Akademik
Tekanan untuk berprestasi sering kali mendorong mahasiswa untuk mengambil jalan pintas. Dalam lingkungan yang kompetitif, ada kecenderungan untuk mengutamakan hasil di atas proses, yang dapat merusak integritas akademik. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin merasa tertekan untuk mendapatkan nilai tinggi dan tergoda untuk menyontek atau memplagiarisme.