Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Catatan Lebaran (2): Jadi Khatib

17 Mei 2021   00:16 Diperbarui: 17 Mei 2021   00:36 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran dimasa pandemic Covid 19 tahun ini, selain tanpa ayah yang dua tahun lalu sudah meninggal dunia (lihat di sini),  juga  --menuruti himbauan pemerintah-- melaksanakan Ibadah Sholat I'd  hanya dengan keluarga besar di Musholla keluarga yang dibangun alm orangt tua (ayah) saya.

Sehari sebelum lebaran, keluarga dikumpukan di rumah  ibu, dimusyawarahkan dimana harus sembahyang I'd, di Masjid apa melaksanakan sendiri. Permusyawatan menyepakati melaksanakan sendiri. Berbagi tugas, kakak tertua yang jadi Imam, saya yang ditugasi jadi khatib.

Jadi khatib tentu gampang gampang susah karena bukan sekedar berceramah atau pidato didepan orang banyak. Susahnya jika tidak biasa berceramah, gampang jika sudah tahu rukun serta bisa menguasai materi. Bersyukurnya saya sudah tahu tentang rukun rukun khutbah, soal materi bisa diambil dari beberapa literatur, yang penting bisa menguasai dan tidak salah mengutip beberapa ayat Alqur'an atau hadis nabi yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Tidak banyak yang saya sampaikan dalam khutbah, saya hanya menyampaikan beberapa intisari atau makna yang terkandung dalam ibadah puasa / Idul Fitri. Diantaranya saya katakan bahwa  Idul Fitri  merupakan hari kemenangan bagi orang yang sudah melaksanakan puasa sebulan penuh. Laksana peperangan, kita sudah melampaui beberapa rintangan dan tantangan.

Tantangan paling besar  saat melaksanakan ibadah puasa, bukan dari luar tapi dari kita sendiri yakni hawa nafsu. Nafsu ini bisa berwujud amarah bisa juga yang lain.  Maka dari itu, jika kita sudah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, berarti kita sudah bisa mengalahkan musuh yang teramat jahat yakni yang disebut nafsu tadi. Ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad  "Sejahat-jahatnya musuhmu ialah nafsumu yang terletak di antara dua lambungmu."

Selesai sembahyang I'd yang diikuti oleh keluarga besar dan tetangga yang tinggal dikontrakan milik keluarga, sebagaimana biasanya berkumpul di rumah orang tua yang hanya tinggal Ibu. 

Semua anak,cucu, cicit bersimbah di hadapan ibu, minta maaf, minta di doakan. Yang muda minta maaf kepada yang tua. Intinya saling memaafkan. Sementara anak dan cucu saya yang stay di Yogyakarta dan Makassar cukup dengan vidcall lantaran tidak bisa mudik karena dilarang pemerintah.

Video Call anak cucu yang di Yogya dan Makassar (dok. Pribadi)
Video Call anak cucu yang di Yogya dan Makassar (dok. Pribadi)
Tentu ini sesuai  perintah Allah  "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh " (Al-Qur'an,Surat Al-A'raf 199:).

Sedangkan Nabi Muhammad bersabda "Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moral maupun material, segera meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila ia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya. Namun bila ia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang ia salahi (H. R.Imam Buhori).

Mbah buyut, anak, mantu, cucu cicit (dok. Pribadi)
Mbah buyut, anak, mantu, cucu cicit (dok. Pribadi)
Selesai bermaaf maafan, maka tiba giliran bersantap ria. Jika handai tolan, biasa makan ketupat (Ketupat Lebaran), namun menjadi kebiasan di keluarga besar saya, bukan makan ketupan dan opor, melainkan rame rame makan lontong soto santan. Isi sotonya beragam, ada yang hanya kikil kaki kerbau, ada juga yang hanya jeroan. 

Adapun lauknya tentu saja ayam Bekakak yakni ayam bakar has Banten yang cita rasanya has, beda benget dengan ayam bakar manapun yang ada di nusantara ini.

mbah buyut dan Cicit (dok. Pribadi)
mbah buyut dan Cicit (dok. Pribadi)
Terahir, ini yang paling seru; Saweran.

Memberikan Saweran (dok. Pribadi).
Memberikan Saweran (dok. Pribadi).
Saweran tak lain memberikan uang hadiah, orang sana bilang "angpao". Saweran di keluarga besar saya, hanya di peruntukkan bagi anak cucu cicit yang belum mandiri, yang sudah mandiri kewajibannya adalah nyawer. Semua yang bakal di sawer, duduk berjejer melingkar di ruang keluarga. Diawali oleh Ibu, disusul anak, cucu yang sudah mandiri, memberikan uang saweran. Semua bergembira, semua merayakan Idhul Fitri.

Senang dapat Saweran (dok. Pribadi)
Senang dapat Saweran (dok. Pribadi)
Menang kita...!

Catatan Pertama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun